• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Umar Kayam, Sastrawan Peduli ‘Wong Cilik’

Umar Kayam, Sastrawan Peduli ‘Wong Cilik’

  • 24 May 2011, 14:15 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 10556

YOGYAKARTA - Umar Kayam merupakan salah seorang tokoh kebudayaan dan dikenal sebagai sastrawan yang mampu secara konsisten berada dalam garis komitmennya untuk memperhatikan kehidupan 'wong cilik' (rakyat kecil). Hampir setiap karya novelnya mengangkat peristiwa di seputar kehidupan rakyat kecil, yang di dalam pandangannya penuh kegairahan.

Budayawan Prof. Dr. Soebakdi Soemanto, S.U. mengatakan novel ‘Para Priyayi’ yang terbit pertama kali tahun 1992 merupakan sebuah potret masyarakat menengah-bawah dalam tiga zaman yang disajikan dengan gaya yang hidup. “Novel Priyayi, untuk ukuran Indonesia termasuk novel yang laris dan banyak dibicarakan bukan hanya oleh ahli sastra, tetapi juga ahli ilmu-ilmu sosial seperti Daniel Dhakidae, Ignas Kleden, Kuntowijoyo, Margono Atmolemaha,” kata Bakdi Soemanto dalam Diskusi Great Thinkers Umar Kayam, ‘Para Priyayi dan Kenikmatan’, di Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (24/5).

Dengan membaca seluruh novel ini, tampak suasana kondisi Indonesia yang bergerak dari zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan Republik. Persoalan politik yang memporak-porandakan masyarakat dilukiskan pula, misalnya pemeberontakan PKI dan Gerakan 30 September.

Bakdi menuturkan dalam novel ini dilukiskan ‘priyayi', yang dimaksud bukan priyayi yang berdarah biru, tetapi kelas bawah yang berproses bergerak secara vertikal dan kemudian berada di kalangan elitis. Pada zaman penjajahan Belanda, mereka disebut ambtenaar. Pada zaman republik awal hingga sekaranag, yang disebut ambtenaar adalah pegawai negeri. "Novel ini menarik dan penting. Menarik karena isinya lengkap, lucu, sedih, menrenyuhkan, kisah percintaan, kekejaman penjajah, absurd, dan masih banyak lagi. Perubahan sosial yang menjadi roh dari plotting novel ini mampu mengubah mindset orang per orang,” kata Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM.

Pengamat sastra dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Dr. S. Bayu Wahyono, menuturkan gaya pengungkapan novel Umar Kayam sangat khas, unik, jenaka, dan membawa pembaca ke dalam dunia serba 'mesam-mesem'. “Semua persoalan sosial yang berat sekalipun diangkatnya ke panggung wacana publik secara ringan dan ngguyoke. Pilihan kata dan idiom jawa yang pas untuk menggambarkan situasi sosial politik adalah kelebihannnya yang hingga sekarang belum ada yang bisa menirunya,” kata Bayu.

Bayu menyebutkan Umar Kayam dalam karya sastranya selalu mengangkat tema relasi priyayi-abangan. Pemikiran dari pembacaan abangan dijadikan lahan subur bagi refleksi sosial dan kulturalnya. “Kehidupan rakyat kecil senantiasa ditempatkan sebagai sumber inspirasi untuk menyindir, meneriaki, dan sekaligus ndunungke pada penggede,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Bahasa Nasional Mulai Desak Bahasa Daerah

    Wednesday,24 April 2013 - 15:29
  • FIB UGM Gelar Lomba dan Anugerah Seni Sastra

    Thursday,07 August 2014 - 13:48
  • Teliti Wayang Wong Kraton, Dosen ISI Yogyakarta Raih Doktor

    Wednesday,28 January 2015 - 14:56
  • UGM, PFI dan Fortakgama Mengadakan UGM Peduli

    Thursday,15 December 2022 - 13:04
  • Kasus Korupsi Marak, Mentalitas ‘Nrabas’ Masih Membudaya

    Wednesday,13 February 2013 - 15:01

Rilis Berita

  • Terancam Punah, Yayasan KEHATI, OIC, dan The Body Shop Gelar Roadshow Peduli Orangutan di UGM 26 March 2023
    Awal bulan Novermber 2017 lalu, peneliti menemukan spesies baru orangutan di Sumatera U
    Satria
  • Penulis UGM Raih Gelar Penulis Terproduktif Kedua Versi The Conversation 25 March 2023
    Penulis The Conversation Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan predikat penulis
    Satria
  • Mengenali Dampak Penggunaan Obat Pada Kulit 24 March 2023
    Meningkatnya penggunaan obat-obatan, baik karena pengobatan sendiri (self-medication), polifarmas
    Ika
  • Tim Magister Kenotariatan FH UGM Juara 2 PNF 2023 24 March 2023
    Tim Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada memperoleh juara 2 pada Padjadja
    Agung
  • Fenomena Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat 24 March 2023
    Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu S
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual