YOGYAKARTA – Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, meresmikan 52 hunian sementara (huntara) Kuwang, Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Jumat (3/5). Huntara tersebut merupakan hasil kerja sama UGM dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Gubernur DIY, Ketua Baznas, Prof. Didin Hafiduddin, dan Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi, Keuangan, dan SDM, Prof. Ainun Na’im, Ph.D., disaksikan Bupati Sleman, Sri Purnomo, dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UGM, Prof. Dr. Ir. Danang Parikesit, M.Sc.
Sri Sultan mengatakan keberadaan huntara diharapkan dapat mengurangi problem sosial yang kerap terjadi di lokasi pengungsian. “Di pengungsian, problem sosial cukup besar, pendidikan anak berisiko. Bagi saya, pembinaan dan perbaikan ke arah kehidupan normal dan wajar kembali sangat penting,†katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Sri Sultan menuturkan masa rekonstruksi pascabencana erupsi Merapi berlangsung hingga tahun 2013. Pemerintah daerah telah meminta pemerintah pusat untuk menyiapkan anggaran sebesar 3 triliun rupiah selama 3 tahun. Dana tersebut nantinya disalurkan melalui berbagai program di beberapa kementerian. “Kita mengusulkan dalam bentuk inpres untuk anggaran ini karena belajar dari pengalaman daerah lain, memasuki tahun kedua dana untuk rekonstruksi biasanya sudah habis,†tambahnya.
Sehubungan dengan pembangunan rumah permanen bagi warga korban Merapi, Sri Sultan mengatakan pemda telah menyiapkan bantuan sebesar 30 juta rupiah per KK dengan luas tanah 100 meter persegi.
Bupati Sleman, Sri Purnomo, menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada LPPM dan Baznas dalam pembangunan huntara bagi korban erupsi. Menurutnya, bantuan kerja sama lewat pihak ketiga dirasakan sangat membantu pemerintah. Purnomo melaporkan saat ini sudah terbangun 2.682 unit huntara di 10 lokasi. “Tidak semuanya lewat pemerintah, tapi bantuan swasta, media, dan berbagai lembaga,†katanya.
Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi, Keuangan, dan SDM UGM, Prof. Ainun Na’im, Ph.D. mengatakan pembangunan huntara merupakan salah satu implementasi visi tri darma perguruan tinggi yang dilakukan UGM. “UGM tidak bisa tinggal diam dengan situasi saat bencana erupsi Merapi terjadi. Program yang dilakukan UGM bersama Baznas salah satunya menyediakan 52 huntara dan fasum (fasilitas umum). Ke depan, nantinya UGM bisa membangun program lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat huntara ini,†ujarnya.
Ketua LPPM UGM, Prof. Dr. Ir. Danang Parikesit, M.Sc., menyebutkan penghuni huntara Kuwang berjumlah 300 KK yang berasal dari 10 pedukuhan di Desa Argomulyo, yang berada di lereng Merapi, yakni Dusun Bakalan, Mbronggang, Gadingan, Banaran, Jetis, Karangelu, Jaranan, Liwang, Teplok, dan Manggung. (Humas UGM/Gusti Grehenson)