Yogya, KU
Dewasa ini, perkembangan ilmu dan agama cenderung bersifat pararel, berjalan sendiri-sendiri tidak saling menyapa. Namun, dengan kekuatan media informasi, perkembangan ilmu dan teknologi terutama di barat telah menghegemoni keilmuan secara umum dan mampu membangun paradigma keilmuan bahwa yang ilmiah hanyalah yang rasional dan empiris.
“Polarisasi perkembangan ilmu dan agama ini menimbulkan dampaknya masing-masing, Perkembangan ilmu-ilmu empiris di satu sisi telah mampu membuka rahasia alam dan menghasilkan teknologi yang dapat membantu mengatasi persoalan manusia, di sisi lain menghasilkan beragam dampak negatif seperti polusi, kemiskinan, kerusakan alam, dekadensi moral dan lain-lain,†kata Drs Arqom Kuswanjono, MHum, dalam ujian promosi doktor bidang Ilmu Filsafat, Jumat (20/6) di Ruang Seminar Gedung Sekolah Pascasarjana UGM. Dihadapan penguji, promovendus mempertahankan hasil disertasinya yang berjudul “Integrasi Ilmu dan Agama: Dalam Perspektif Filsafat Mulla Sadraâ€.
Menurut dosen Fakultas Filsafat UGM ini, munculnya persoalan di bidang keilmuan dan teknologi disebabkan ditinggalkannya masalah etika dan agama dalam konsep keilmuan. Padahal konsep integrasi holistik ilmu dan agama yang direfleksikan dari Filsafat Mulla Sadra dibangun atas tiga fondasi filosofis yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.
“Secara ontologi, keberadaan ilmu dan agama saling bergantung sama lain. Secara epistemologis, hubungan ilmu dan agama saling melengkapi satu sama lain. Sementara secara aksiologis seluruh nilai kebenaran, kebaikan, keindahan dan keilahian saling mengkualifikasi satu dengan yang lain,†jelas pria kelahiran Klaten, 30 Mei 1970 ini.
Mulla Sadra adalah tokoh yang hidup sezaman dengan Galileo Galilei. Artinya ketika di Barat sedang mengalami kebuntuan pemahaman tentang ilmu dan agama. Mulla Sadra menawarkan konsep yang cemerlang untuk menjawab kebuntuan itu. Satu kondisi atmosfir keilmuan yang sangat kontras karena di barat sedang terjadi konfrontasi antara ilmu dan agama, sedangkan di dunia islam hubungan ilmu dan agama justru mengalami penguatan.
Menurut pandangan sekretaris Program Studi Agama dan Lintas Budaya Sekolah Pascasarjana UGM ini, pemikiran dari Mulla Sadra sangat relevan untuk ditelaah dan dipelajari lebih lanjut. Sebab, katanya, Saat ini telah muncul beragam persoalan keilmuan yang mengarah pada masalah aksiologis terutama masalah etika. Berbagai temuan ilmiah beserta hasil-hasilnya telah memunculkan perdebatan yang kontroversial, misalnya rekayasa genetika seperti kloning pada manusia, pembangkit listrik tenaga nuklir, perkembangan media massa yang merusak mental dan moral.
“Secara kelimuan yang didasarkan atas nilai-nilai kebenaran objektif, perkembangan keilmuan dan teknologi tersebut menyimpan banyak persoalan etis yang tidak dapat diabaikan karena dampak yang ditimbulkannya dapat berakibat pada rusaknya nilai-nilai kemanusiaaan dan lingkungan, “katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)