• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • 14 Ritual Praktik Kearifan Lokal Pelestarian Hutan Suku Wana

14 Ritual Praktik Kearifan Lokal Pelestarian Hutan Suku Wana

  • 12 Juni 2011, 10:26 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 11119
14 Ritual Praktik Kearifan Lokal Pelestarian Hutan Suku Wana

YOGYAKARTA – Masyarakat di sekitar hutan memiliki konsep konservasi atas lingkungan sendiri yang memungkinkan dilakukan langkah-langkah pemeliharaan hutan seiring dengan upaya konservasi yang kini tengah digalakkan oleh pemerintah. Tanpa pelestarian hutan, ada kecenderungan terjadinya penebangan liar untuk memenuhi kebutuhan kelompok masyarakat akan komoditas hutan komersial. Oleh karena itu, budaya kearifan lokal dalam pelestarian hutan oleh masyarakat harus diakui dan dipertahankan keberadaannya.

Hal itu mengemuka dalam ujian terbuka promosi doktor Sahlan S.H., S.E., M.S., di Fakultas Geografi UGM, Sabtu (11/6). Bertindak selaku promotor Prof. Dr. Ir. Chafid Fandeli, M.S. dan ko-promotor Prof. Dr. HA. Sudibyakto, M.S.

Dalam disertasi yang mengangkat kearifan lokal Suku Wana (Tau Taa Wana Bulang) di Sulawesi Tengah, Sahlan mengatakan masyarakat lokal Wana memiliki kearifan lokal yang mengedepankan prinsip keseimbangan dan keberlanjutan hutan. Hal itu yang mendorong warga untuk terlibat secara sukarela dan kolektif dalam melestarikan hutan kemasyarakatan. Diketahui bahwa faktor pengetahuan hutan paling berpengaruh dalam menjaga kearifan lokal. “Faktor lain yang paling berpengaruh dalam partisipasi kultural masyarakat Wana adalah motivasi. Hal ini menunjukkan motivasi yang muncul dalam diri seseorang akan mampu mendorong untuk melakukan partisipasi,” kata dosen Fakultas Hukum Universitas Tadulako Palu.

Dari hasil penelitian Sahlan, praktik kultural masyarakat Wana terwujud dalam sejumlah acara ritual yang masih menganggap hutan memiliki ‘kekuatab gaib’. Menurutnya, praktik budaya lokal ini berdampak positif terhadap konservasi hutan yang dilakukan masyarakat Wana. “Dampak positif itu ditandai dengan terjadinya kelestarian hutan dengan kecenderungan bahwa semakin tinggi kearifan lokal masyarakat dalam mengelola lingkungan alamnya, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam konservasi hutan,” katanya.

Strategi masyarakat Wana dalam melestarikan dan mempertahankan kearifan lokalnya adalah melanjutkan eksistensi hukum adat dan bekerja sama dengan pemerintah dalam melestarikan hutan, menggunakan kelembagaan adat untuk mengelola kerusakan hutan. Sahlan menyebutkan ada 14 bentuk praktik ritual kearifan lokal yang dijalankan masyarakat Wana dalam melestarikan hutan dan lingkungan sekitarnya. Beberapa di antaranya ialah ritual Manziman Tana (mohon izin), Monguyu sua (ritual penanaman pertama), Mpopondoa Sua (memberikan kekuatan hidup pada pohon), Palampa Tuvu (menolak bahaya), Nunju (mengusir roh jahat), Ranja (mengusir wabah), dan Polobian (pengobatan).

Pria kelahiran Ujung Pandang tahun 1960 ini menuturkan tingkat penggunaan kearifan lokal masyarakat Wana dalam mengonservasi hutan ternyata cukup tinggi. Sebagian masyarakat memegang teguh kearifan lokal sebagai aturan adat yang harus dipatuhi warga adat di masyarakat Wana yang tersebar di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Tojo Una-una, Banggai, dan Morowali. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Kearifan Lokal Suku Dayak Mencegah Kebakaran Hutan

    Sunday,25 November 2012 - 12:02
  • Dua Mahasiswa Australia Meneliti Hutan Wonosadi

    Tuesday,30 August 2016 - 13:33
  • Antropolog UGM: Masyarakat Lokal Belum Arif dengan Alam

    Tuesday,30 October 2012 - 18:38
  • Raih Doktor Usai Kaji Kearifan Lingkungan Masyarakat Adat Malind Anim

    Wednesday,24 May 2017 - 10:54
  • Mahasiswa Filsafat UGM Teliti Kearifan Lokal Warga Mentawai

    Tuesday,30 August 2022 - 9:27

Rilis Berita

  • Universitas Gadjah Mada di Top 50 Dunia pada THE Impact Rankings 2023 01 June 2023
    Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk dalam jajaran 50 perguruan tinggi terbaik dunia yang memberik
    Satria
  • Minim, Pemda Yang Mampu Susun RPPLH Sesuai Target 01 June 2023
    Percepatan industri telah menghasilkan berbagai dampak lingkungan. Salah satu isu yang banyak dip
    Satria
  • Rektor UGM: Hari Lahir Pancasila Jadi Momentum Refleksikan Nilai Luhur Pancasila 01 June 2023
    UGM melaksanakan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, Kamis (1/6) di halaman Balairung UGM. U
    Ika
  • Berharap Pemilu Aman Tanpa Residu Polarisasi dan Konflik Sosial 31 May 2023
    Keinginan presiden memastikan Pemilu serentak 2024 dapat berlangsung secara demokratis, jujur dan
    Agung
  • UGM Jalin Kerja Sama Pengembangan Riset dengan Africasia Investment and Resources 31 May 2023
    Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Ignatius
    Gloria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual