YOGYAKARTA – Lakon Dewa Ruci dalam pewayangan telah menarik perhatian para peneliti. Selain menarik, lakon ini dinilai sangat unik dengan ditemukannya kontradiksi antara fenomena Bima dan Drona yang ditunjukkan dalam tradisi pedalangan dengan kapasitas ‘ngelmu kasampurnan’ (spiritualitas). Lakon Dewa Ruci bagi orang Jawa dipandang sebagai karya yang penting dalam kehidupan rohani dan etika. Di dalamnya terkandung ajaran keselarasan hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam, yang memberikan tuntunan kepada manusia mengenai kewajiban kepada Tuhan, hubungan antarsesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta.
“Cerita Dewa Ruci merupakan karya sastra wayang yang mengandung ajaran tasawuf tentang sinkretisme Islam-Jawa. Karena tidak dijumpai tokoh Dewa Ruci dalam teks Mahabharata, maka cerita Dewa Ruci merupakan cerita asli Jawa,†kata dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Aris Wahyudi, S.S., M.Hum., dalam ujian promosi doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Rabu (15/6).
Aris Wahyudi menerangkan struktur yang ditampilkan dalam Lakon Dewa Ruci merupakan cara orang Jawa menceritakan cita-cita bersama untuk mewujudkan realitas kehidupan yang ideal. Di dalamnya dipaparkan pengetahuan mengenai hak dan kewajiban hidup masyarakat Jawa, norma, dan tata nilai yang harus dipahami dan dilaksanakan dalam rangka menjalin hubungan harmonis dengan Tuhan (vertikal) dan antarsesama makhluk (horizontal). “Keseluruhan struktur tersebut merupakan pranata-pranata hidup manusia Jawa, baik dalam hubungannya antarsesama manusia, dengan alam semesta, serta kewajiban manusia kepada tuhan,†katanya.
Aris Wahyudi menambahkan pertunjukan wayang tidak hanya sebagai tuntunan dan tontonan. Lebih dari itu, di dalamnya terdapat bangunan sistem nalar orang Jawa sehingga tradisi ini masih banyak dilestarikan di masyarakat Jawa. Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc. selaku promotor dalam ujian terbuka tersebut mengatakan penelitian yang dilakukan Aris Wahyudi cukup menarik dalam mengkaji lakon cerita wayang. “Sangat menarik karena dalam Lakon Dewa Ruci merupakan cerita tentang pengalaman Bima untuk mencari kasampurnan atau pengalaman spiritual,†tuturnya.
Setelah mempertahankan disertasi yang berjudul ‘Bima dan Drona dalam Lakon Dewa Ruci’, Aris Wahyudi dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude dan tercatat sebagai lulusan doktor ke-1397 UGM. Bertindak sebagai promotor Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc. dan ko-promotor Prof. Dr. Soetarno, D.E.A. dan Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A. (Humas UGM/Gusti Grehenson)