Yogya, KU
Penumpang Bus Trans Jogja mengalami penurunan cukup drastis sejak empat bulan setelah diluncurkan awal februari lalu. Bila sebelumnya jumlah pengguna mencapai 6000 orang setiap harinya, saat ini hanya berkisar 2000 penumpang. Tingkat Penurunan penumpang ini menurut hasil penelitian disebabkan belum terbiasanya masyarakat jogja dalam menggunakan sistem halte dan belum mampunya Trans Jogja menarik pengguna kendaraan pribadi untuk beralih menggunakan layanan angkutan perkotaan ini.
Demikian hasil survei yang dilakukan peneliti Center for Institution and management Development (CIMDEV) dari Jurusan Administrasi Negara UGM, Dr Ambar Widaningrum, dalam Diseminasi Hasil Studi “Kepuasan Pengguna dan Efektivitas Sistem Layanan Angkutan Umum Perkotaan Trans Jogjaâ€, Rabu (25/6) di Ruang Seminar Isipol UGM.
Menurut Ambar, dari 2000 penumpang ini sebelumnya merupakan pengguna angkutan umum yang beralih ke layanan Trans Jogja, bukan dari pengguna angkutan pribadi. Dijelaskan Ambar, jumlah perpindahan dari pengguna angkutan umum yang beralih ke Trans Jogja sekitar 43 persen.
“Artinya, kepindahan pengguna angkutan umum ini sudah biasa, karena ada pilihan yang lebih baik, namun kepindahan dari pengguna kendaraan pribadi ke Trans Jogja itu kelihatannnya masih sulit,†katanya.
Padahal, tambah Ambar, Yang dibidik Trans Jogja ini sebelumnya adalah masyarakat menengah ke atas yang memiliki mobil dan motor.
“Sebetulnya, yang diharapkan bagaimana Trans Jogja mampu mendongkrak pengguna kendaraan pribadi yang beralih masuk ke Trans Jogja, ini belum bisa dilakukan,†jelasnya.
Meski belum memiliki data yang menunjukkan jumlah pengguna kendaraan pribadi yang beralih ke Tran Jogja, namun dosen Administrasi Negara UGM menyoroti masih banyaknya masyarakat yang mengeluh atas masih buruknya sistem layanan Trans Jogja.
“Terutama ketepatan waktu layanan. Tidak heran, kalangan pelajar dan mahasiswa kurang menggunakan layanan Trans Jogja. Dari hasil survei kami menunjukkan sekitar 25,9 persen responden pengguna yang mengeluhkan keterlambatan bus sampai tujuan,†imbuhnya.
Meski demikian, kinerja pelayanan ini masih dapat diperbaiki. Namun Ambar menilai keberadaan Trans Jogja sesungguhnya bukan terletak pada jasa layanan angkutan saja, namun bagaimana menjadi standar pelayanan kota Jogajakarta sebagai kota pendidikan dan pariwisata.
“Keberadaan Trans Jogja ini cukup perspektif, apalagi ini layanan standar seperti yang ada di luar negeri, saya tidak hanya melihat keberadaannya sebagai layanan angkutan tetapi juga ada kaitannya jogja sebagai kota pelajar dan kota pendidikan. Nyatanya data kami menunjukkan lonjakan penumpang justru terjadi di hari sabtu dan minggu sekitar 30 persen dibandingkan di hari kerja, senin sampai jumat,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)