Sebanyak 50 hektar tanaman padi di Desa Juwiran, Juwiring, Klaten terserang hama wereng batang cokelat. Akibat serangan tersebut petani di daerah tersebut mengalami gagal panen.
“Musim tanam kali ini kami gagal panen. 50 hektar tanaman padi kami diserang hama wereng batang cokelat,â€ungkap Sarwan Ketua kelompok Tani Gemah Ripah di Juwiran, Juwiring, Klaten, Kamis (23/6) di Fakultas Pertanian UGM.
Serangan hama tersebut bukanlah pertama kalinya. Enam musim tanam sebelumnya juga mengalami puso. “Sudah dua tahun ini kami gagal panen karena serangan wereng batang cokelat juga. Tanaman padi kami diserang pada usia 2,5 bulan,†jelasnya.
Akibat serangan hama tersebut ia menderita kerugian yang tidak sedikit. Untuk satu kali garapan ia mengeluarkan dana sebesar Rp. 5 juta yang dipinjam dari bank.
Selama ini ia telah melakukan penyemprotan dengan pestisida untuk memberantas hama wereng. Sayangnya usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Hama wereng tetap saja menyerang tanaman padi mereka. “Kami telah melakukan penyemprotan, tapi tetap saja tidak berhasil mengusir hama tersebut. Untuk itu kami berkunjung ke Fakultas Pertanian untuk memohon pendampingan yang telah berhasil mendampingi kelompok tani Marsudi Karya dalam menghadapi wereng batang cokelat,†paparnya.
Dikatakan Sarwan, Fakultas Pertanian telah melakukan pendampinganselama 4 bulan terhadap kelompok tani Marsudi Karya. Dan hasilnya pun tidak mengecewakan. “Setelah didampingi, sekitar 70-80% berhasil panen. Pendampingan dilakukan pada 20 hektar tanaman padi,†terangnya.
Sementara dekan Fakultas Pertanian UGM, Prof. Ir. Triwibowo Yuwono., Ph.D., menghimbau kepaa masyarakat khususnya petani utuk waspada dalam menghadapi serangan hama wereng batang cokelat. “ Serangan hama wereng batang cokelat terus meningkat dan semakin meluas. Jadi kita harus selalu waspada. Persoalan ini harus terus dikawal dan diikuti, tapi kita tidak bisa lakukan sendiri. Butuh sinergi dan kerjasama dengan Kementerian Pertanian dan pemda untuk mengatasi persoalan ini,†kata Yuwono.
Yuwono menyebutkan,perubahan iklim merupakan salah satu faktor yang turut berperan dalam perkembangan wereng batang cokelat. Curah hujan yang cukup tinggi di musim kemarau tahun 2010 memberikan kondisi mikroklimat yang lembab sehingga kondusif bagi tumbuh kembang hama tersebut.
Selain hal tersebut, tidak adanya rotasi tanaman dan pola tanam padi yang tidak serempak juga menjadi penyebab meningkatnya populasi wereng batang cokelat. Dengan penanaman yang tidak serempak menjadikan pakan selalu tersedia bagi wereng. “Untuk itu kita menghimbau petani agar menanan secara serempak, dengan varietas tanaman yang sama, umur yang sama untuk meminimalisir serangan wereng ini. Disamping itu juga menekan semaksimal mungkin penggunaan pestisida dalam pengendalian hama ini,†imbuhnya. (Humas UGM/Ika)