Yogya, KU
Ada tiga faktor penting yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam penyembuhan penyakit, yaitu ekonomi, taksonomi penyakit berdasarkan tingkat keparahan penyakit dan negosiasi dalam relasi dokter-pasien. Sementara negosiasi terjadi karena adanya pertemuan dua budaya yaitu budaya profesionalisme dokter ‘enkulturasi’ Barat dan budaya pasien.
Demikian dikemukakan Dra Naniek Kasniyah MA, MMEdSc dalam promosi doktor di Ruang Seminar Lantai 5 Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, Rabu (25/6). Promovendus mempertahankan hasil Disertasinya yang berjudul ‘Proses Pengambilan Keputusan dalam Penyembuhan Penyakit: Perspektif Antropologi’ di hadapan tim penguji yang diketuai Dr Pujo Semedi. Bertindak selaku promotor Prof Dr Sjafri Sairin MA, dan ko-promotor Prof dr Ahmad Husain Asdie serta ko-promotor Prof Dr Heddy Shri Ahimsa Putra.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM kelahiran Jatilawang Purwokerto, 7 Februari 1943 ini menyampaikan data dari hasil penelitiannnya di Yogyakarta, bahwa pelayanan kesehatan yang pluralistik di daerah perkotaaan telah menyebabkan masyarakat menjadi ambigu, yaitu struktur mana yang sepatutnya diikuti, menjadi tidak jelas, sehingga membawa mereka pada pola-pola kehidupan yang bersifat anti struktur yaitu ‘tidak berada di sana dan tidak berada di sini’, tidak mempunyai rujukan yang jelas.
“Ini terjadi pada masyarakat perkotaan menghadapi kondisi penyembuhan penyakit ‘kartu mati’ tampaknya menjadi masalah penting karena penyembuhannya yang sulit untuk mencapai kesembuhan, baik melalui medik modern maupun tradisional,†ujar Naniek Kasniyah, Master of Medical Science lulusan Faculty of Medicine New Castle University Australia ini.
Pengambilan keputusan pasien terjadi pada strategi pasti dan strategi tidak pasti (ambigu), masing-masing dipengaruhi oleh faktor budaya dan kondisi situasional yang berbeda dalam setiap strategi. Pada strategi pertama situasi pasti dalam kondisi tingkat keparahan yang belum parah, semua informan (pasien) mempunyai rujukan yang jelas pada struktur pilihan penyembuhan di perawatan rumah tangga.
Semua informan melakukan perawatan ini dengan rujukan yang paling jelas pada pengetahuan dan pengalaman obat yang digunakan, diperoleh melalui gethok tular, pengetahuan turun temurun dan over the counter (OTC). Paling umum, pengetahuan dan pengalaman kerokan. Strategi 2 informan memilih perawatan modern apabila penyakit dalam kondisi parah.
“Semua informan memilih perawatan modern dengan rujukan yang jelas seperti tingkat keperahan penyakit, informasi dan kemudahan. Selain itum, faktor lain seperti sistem kekerabatan, relasi sosial dan ekonomi merupakan kenungkinan yang diperhitungkan pasien dalam strategi 2 pilihan sumber perawatan modern,†ujar Naniek. (Humas UGM/Gusti Grehenson)