Prestasi kembali ditorehkan mahasiswa UGM di kancah internasional. Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) berhasil meraih juara II dalam Student Competition yang diadakan International of Food Technology (IFT), 13 juni lalu di New Orleans. Sementara juara I diperoleh tim dari Universitas Brawijaya dan juar III oleh tim Chem Tech, India.
Kompetisi diikuti sebanyak 34 tim dari berbagai belahan dunia. Dalam kompetisi ini peserta ditantang untuk mengembangkan sebuah produk yang bisa mengatasi anemia atau kurang darah.
Tim Soya, yang beranggotakan lima mahasiswa jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP) yaitu Afni Fitriana, Aprilita Kusumawardhani, Avelia Genetika Indriani, Gaung Ranggatama dan Haritsah Setya N A, pada kompetisi tersebut mengajukan produk yang diberi label “SAE, Soy-RicePorridgeâ€. SAE merupakan produk makanan (bubur) yang dikembangkan untuk anak balita usia 1-3 tahun. “Menurut pengakuan juri, kami layak meraih juara II karena mengunakan produk lokal yaitu beras,†jelas Aprilita Kusumawardhani, Ketua tim Soya, Kamis (23/6) saat bincang-bincang dengan wartawan di Stana Parahita UGM.
Dikatakan Aprilita, SAE berbeda dengan kebanyakan makanan bayi yang dijual dipasaran.Produk ini memiliki kandungan zat besi yang lebih tinggi dibanding produk lainnya. “SAE diolah dari poorboiled rice yang memiliki kandungan zat besi 40% lebih tinggi dibanding beras biasa,†paparnya.
Poorboiled rice merupakan beras biasa yang sebelumnya telah mengalami sejumlah perlakuan. Pertama, gabah direndam selama 24 jam, selanjutnya dikukus selam kurang lebih 30 menit. Setelah dikukus kemudian gabah dikeringkan lalu digiling sebanya 1 kali. Dari hasil gilingan tersebut diperoleh poorboiled. “Dalam poorboiled ini kandungan gizinya juga lebih tinggi dibanding beras putih yang telah mengalami berkali-kali penggilingan,†kata Aprilita.
Dalam membuat poorboiled Aprilita dan teman-temannya menggunakan padi IR 64 karena memiliki kandungan zat besi yang tinggi daripada varietas yang lain.
Untuk membuat SAE, selain menggunakan poorboiled rice juga memakai kedelai, bekatul kukus, minyak kedelai, minyak sawit, serta gula. Seluruh bahan disatukan, dimasak selama 20 menit hingga diperoleh padatan SAE. Selanjutnya padatan tersebut dihancurkan dan diayak sehingga diperoleh tepung SAE.
Ditambahkan oleh Haritsah, produk yang meereka kembangkan mampu memenuhi setengah angka kebutuhan gizi (AKG) zat besi yang dibutuhkan oleh balita yaitu 8 mg/hari. Dalam satu kali saji, 74 gram dapat memenuhi 50% kebutuhan akan zat besi, 55% protein, dan 30% kalori. Satu kemasan SAE dikemas dengan berat 120 gram. “ Karena mengandung zat besi yang tinggi produk ini sangat baik untuk dikonsumsi oleh balita terutama yang mengalami anemia,†terangnya. (Humas UGM/Ika)