BANTUL-Sebanyak 40 tim dari PTN dan PTS di Indonesia akan mengikuti Kompetisi Muatan Roket Indonesia (Komurindo) 2011 dari tanggal 25, 26 dan 27 Juni 2011 di Kabupaten Bantul. Empat puluh tim yang akan mengikuti kompetisi merupakan hasil seleksi dari 73 tim yang mengajukan proposal rancang bangun muatan roket ke panitia dan telah ditutup pada 15 Januari 2011 lalu.
Ketua Panitia Komurindo 2011, Dr. Agfianto Eko Putra, M.Si., mengatakan tim-tim yang berlaga akan melewati tiga tahapan kompetisi. Kompetisi pertama pada Sabtu, 25 Juni, merupakan uji fungsional dan integrasi muatan. Dilanjutkan hari Minggu, 26 Juni, diadakan uji terbang muatan sekaligus pembukaan Komurindo 2011 di Pantai Pandansimo. Menurut rencana, acara akan dihadiri oleh Mendiknas M. Nuh. Selanjutnya, Senin, 27 Juni diadakan presentasi data hasil uji terbang bertempat di gedung Parasamya Pemda Bantul. “Sebelumnya, tanggal 23 April silam juga telah dilakukan Workshop Kompetisi Roket Indonesia di UGM kepada seluruh peserta kompetisi,†kata Agfianto dalam keterangan pers di RM Parangtritis, Bantul, Jumat (23/6).
Agfianto mengatakan Komurindo 2011 sudah empat kali digelar di Bantul. Kompetisi ini bertujuan untuk menyiapkan bibit unggul yang berminat untuk menggeluti teknologi kedirgantaraan, khususnya peroketan, melalui sarana space education, dan meningkatkan rasa cinta dirgantara bagi masyarakat luas menuju kemandirian Indonesia di bidang teknologi peroketan. “Negara-negara mana pun yang secara mandiri telah menguasai teknologi roket akan disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia,†imbuh dosen Fakultas MIPA UGM itu.
Sementara itu, Gunawan S. Prabowo dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menambahkan teknologi roket di Indonesia saat ini telah dilirik oleh negara lain, seperti India dan Singapura. Di samping itu, video mengenai Komurindo (yang dulunya Korindo) juga telah dibawa ke dalam forum space education dunia. “Dengan kegiatan ini diharapkan ada tukar-menukar informasi sehingga mahasiswa akan lebih paham dan akrab lagi dengan teknologi roket,†kata Gunawan.
Di tempat yang sama, Direktur Pengkajian Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Kolonel Supomo, mengatakan AU sebagai pengguna teknologi kedirgantaraan menilai perkembangan teknologi roket di Indonesia cukup bagus. Sejak awal pengembangan roket sekitar tahun 1962, Angkatan Udara Indonesia juga telah mengaplikasikan teknologi tersebut pada beberapa pesawat latih. “Kita dulu juga bekerja sama dengan IPTN (sekarang PTDI) untuk terus mendorong pengembangan teknologi roket. Bahkan, sebagai pengguna kita sudah terapkan pada beberapa jenis pesawat latih juga,†kata Supomo.
Teknologi roket memiliki banyak manfaat selain iptek, yakni untuk meningkatkan keamanan nasional, terutama sebagai alat pengawas di daerah-daerah perbatasan, pemantau cuaca, dan pelontar peluru kendali.
Komurindo 2011 yang diselenggarakan di pantai Pandansimo diyakini mampu untuk menarik wisatawan berkunjung ke Bantul, apalagi saat ini bertepatan dengan musim liburan siswa. Kepala Bidang Litbang Bappeda Bantul, Sulistyanto, mengatakan Pemkab Bantul siap memfasilitasi kegiatan Komurindo. “Salah satu bentuknya, mahasiswa seluruh Indonesia yang akan berkompetisi ini kita titipkan di rumah-rumah penduduk sekitar pantai agar mereka bisa menyatu dan mengetahui persis persoalan di masyarakat. Dengan begitu, mereka akan siap ketika akan terjun di masyarakat nantinya,†tutur Sulistyanto.
Beberapa tim yang lolos mengikuti Komurindo 2011, antara lain, Gama-Sat 2 dari UGM, EEPISky G-02 dari PENS Surabaya, Badjoel Idjo Rock’eat dari ITS Surabaya, Air Force-1 dari IPB, dan Electron Legacy dari ITB. Komurindo 2011 diselenggarakan oleh DP2M Ditjen Dikti dan merupakan hasil kerja sama UGM, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Pemkab Bantul, dan AAU. (Humas UGM/Satria AN)