Dua roket UGM, Gama-Sat 1 dan Gama-Sat 2, berhasil meluncur dalam uji peluncuran Kompetisi Muatan Roket Indonesia (Komurindo) 2011, Minggu (26/6), di Pantai Pandansimo, Bantul. Dalam uji peluncuran tersebut, dua tim roket UGM bersaing dengan 19 tim lainnya dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.
Tim Gama-Sat 1 beranggotakan tiga mahasiswa dari Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Mesin UGM, yakni Luiz Rizki Ramelan, Fahmi Bashar, dan Hari Maghfiroh, dengan dosen pembimbing Eka Firmansyah, S.T., M.Eng., Ph.D. Sementara itu, Gama-Sat 2 beranggotakan tiga mahasiswa dari Jurusan Elins dan Teknik Mesin ialah Uvi Desi Fatmawati, Kristian Antonius, dan Ferdian Azmi, dengan dosen pembimbing Drs. Agus Harjoko, M.Sc., Ph.D.
Seperti diberitakan sebelumnya, terdapat 23 tim yang berhasil lolos dalam uji fungsional, Sabtu (25/6), di Pendopo Pantai Pandansimo, Bantul. Namun, dalam uji peluncuran roket kali ini hanya diikuti 21 tim. Dua tim lain, yakni tim roket ITS dan UNJ, mengundurkan diri karena radio frekuensi (rs) keduanya terbakar pada saat proses integrasi. “Kami lega, dua roket dapat meluncur meskipun Gama-Sat 2 tidak bisa melakukan sparasi (pemisahan) antara muatan roket (payload) dengan motor. Tapi, sekarang masih saja deg-degan karena belum tahu hasilnya, apakah bisa merekam gambar dan data atau tidak,†kata Manajer Tim Gama-Sat 1 dan Gama-Sat 2, Fitri Rahmaningrum, selepas peluncuran roket.
Dalam uji peluncuran, setiap peserta diberikan kesempatan untuk meluncurkan roket. Cara kerja roket layaknya proses pelepasan pesawat angkasa luar. Saat berada di angkasa, roket melakukan separasi, payload, dan motor berpisah. Keduanya terbang di angkasa dengan parasut. Saat di angkasa, payload diberikan sejumlah misi untuk mengambil data dan gambar. “Pada 12 detik pertama mengambil data akselerometer. Selanjutnya, mulai detik 12-72 mengambil data gambar. Harapannya sih, pada setiap perintah bisa mengambil data maupun gambar dengan kualitas yang bagus,†katanya.
Data dan gambar diperoleh dari hasil jepretan kamera foto yang didalamnya terdapat transmisi data. Kemudian, hasilnya dikirim ke bumi yang selanjutnya diterima dengan komputer. “Data itulah yang selanjutnya diolah menjadi image/grafik untuk dipresentasikan besok,†jelasnya.
Perjalanan dua tim roket UGM dalam kompetisi bergengsi kali ini tidaklah mudah. Mereka harus melewati tahap seleksi proposal dan video progress sebelum dinyatakan lolos untuk maju ke tahap berikutnya . Setelah dinyatakan lolos, dua tim UGM berkompetisi dengan 38 tim dari 35 perguruan tinggi se-Indonesia.
Fitri mengaku pihaknya mengalami kesulitan terutama karena harus melakukan riset dari awal. Hal ini disebabkan dalam kompetisi roket, tema yang digunakan setiap tahun berbeda-beda. “Kami harus belajar dari nol karena tema yang dipakai dalam kompetisi roket ini selalu berbeda setiap tahunnya,†terang Fitri.
Ditambahkan Fitri, persiapan membuat paylod sudah dilakukan sejak akhir Januari lalu. Uji fungsional juga telah dilakukan sebanyak dua kali dan diperoleh hasil yang diinginkan. Muatan roket yang dibuat oleh tim UGM menelan biaya kurang lebih 10 juta rupiah, dengan diameter 100 mm, tinggi 200 mm, dan berat maksimal 1.000 gram. Untuk motor yang digunakan ialah dengan spesifikasi arus besar dan dimensi yang kecil. “Payload kami tidak bisa pulang. Tadi mendarat di laut dan terbawa arus. Sepuluh juta rupiah melayang, tapi tak mengapa semoga hasilnya tadi bagus dan nantinya bisa membawa pulang juara,†pungkasnya. (Humas UGM/Ika)