YOGYAKARTA- Sandiaga Uno dan Martha Tilaar hari Rabu (28/6) hadir sebagai pembicara dalam rangkaian acara DREaM 2011 yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM). Acara bertempat di Ruang Audio Visual, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB). Selain keduanya, Wahyu Indriyo dari Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) juga turut meramaikan sesi kuliah umum DREaM 2011. Pada sesi ini, peserta DREaM yang berasal dari 16 negara tampak antusias mengikuti acara hingga usai.
Sandiaga Uno di hadapan peserta memaparkan kiat-kiat menjadi social entrepreneur. Menurutnya, seorang social entrepreneur harus memiliki motto think global, act local. Indonesia membutuhkan banyak social entrepreneur karena pemerintah terlalu sibuk memikirkan masalah-masalah politik. “Masalah-masalah sosial yang tidak tertangani dengan baik oleh pemerintah dapat diselesaikan oleh para wirausawahan sosial,†kata Sandiaga.
Bisnis yang berbentuk social enterprise terbukti lebih memiliki daya tahan ketika terjadi krisis. Statistik membuktikan jumlah bisnis yang berbasis social enterprise memiliki persentase lebih banyak pada saat krisis, yakni 65%.
Sementara itu, Martha Tilaar melanjutkan sesi perkuliahan dengan berbagi pengalaman dalam merintis perusahaan kosmetik yang sekarang menjadi perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia. Ketika pertama kali ia memulai bisnis, modal yang didapatkan berasal dari keluarga. Hal itu mencerminkan nilai kegotongroyongan masyarakat timur. Selain think global and act local, Martha Tilaar menambahkan bisnis juga harus dilakukan dengan hati. “Dengan modal sinergi tersebut, bisnis kita tentu akan semakin maju dan berkembang,†tutur Martha.
Mananggapi pemaparan Martha, Kharisa, peserta dari New York University of Abu Dhabi, menanyakan hambatan-hambatan yang dihadapi ketika memulai usaha. Diakui Martha bahwa pola pikir masyarakat yang menganggap produk barat lebih bagus menjadi tantangan terbesar kala itu. Dalam kesempatan itu, Martha juga sempat bercerita tentang perjuangannya untuk memperoleh keturunan melalui terapi bahan-bahan alami yang berasal dari Indonesia. “Apa pun masalahnya, pasti selalu ada solusi. Use local wisdom and just believe!†pesan Martha Tilaar.
Sebagai penutup, Wahyu Indriyo memberikan penjelasan mengenai Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI). Bisnis yang berbasis social enterprise merupakan sebuah bisnis yang menggabungkan dua pendekatan, yakni berbisnis untuk profit dan untuk memberdayakan masyarakat. Pada dasarnya, untuk membangun sebuah social enterprise diperlukan pribadi yang memiliki semangat dan kreativitas untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Hal tersebut merupakan kekayaan intelektual yang berharga sebagai investasi utama sebuah social enterprise. (Humas UGM/Satria)