Dalam pandangan Prof. Dr. Triyono, S.U., Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) yang cukup banyak dan mumpuni, juga sumber daya alam (SDA) yang melimpah untuk disintesis menjadi katalis. Di samping itu, bangsa ini juga memiliki banyak industri yang menggunakan katalis dalam jumlah cukup besar. Di bidang industri, katalis merupakan bahan habis pakai sehingga secara periodik harus diganti.
Sebagian katalis memang dapat berumur panjang sehingga periode penggantiannya cukup lama (Hg removal, 5 tahun). Namun, ada pula katalis yang berumur sangat pendek (RCC, 1 hari). “Begitu besar rupiah yang harus dibelanjakan untuk barang yang namanya katalis. Sayang, hampir semua katalis yang digunakan di negeri ini diperoleh dengan cara impor, yang biasanya berasal dari USA, Jepang, China, Taiwan, Singapura dan Malaysia,” ujarnya di Balai Senat UGM, Selasa (5/7), saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM.
Melihat kondisi yang kurang menguntungkan tersebut, pria kelahiran Klaten, 21 September 1960, ini tanpa mengenal lelah terus melakukan penelitian katalis. Secara konsisten, ia melakukan penelitian dari sisi material, sintesis, uji kinerja, dan regerasi katalis terpakai. Metode sintesis katalis tidak bersifat statis, artinya katalis yang digunakan dalam suatu proses selalu mengalami perubahan atau perbaikan. Dengan demikian, katalis terbaik di masa sekarang belum tentu menjadi yang terbaik pada masa yang akan datang.
Karena itu, penelitian mengenai metode sintesis katalis terus berkembang dan selalu ada penelitian simultan untuk mencari rumusan atau formula katalis yang lebih baik dibandingkan dengan katalis yang digunakan. “Oleh karena itu, terkait pesatnya perkembangan industri dibutuhkan banyak penelitian dan pengembangan industri katalis yang mampu bekerja cepat dan akurat guna memenangkan persaingan dalam memperebutkan pasar,” katanya.
Ke depan, Triyono berharap semakin banyak peneliti yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya suatu senyawa (campuran senyawa) bernama katalis. Meski secara kuantitas kecil, senyawa ini memegang peranan yang sedemikian penting dalam industri. “Bahkan minyak bumi sekalipun yang diheboh-hebohkan dan diperebutkan oleh negara-negara di dunia tetap membutuhkan katalis-katalis dalam rangkaian pemprosesannya sebelum akhirnya dapat dinikmati sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan kendaraan pribadi kita,” kata suami Tince Wahyuningsih yang mengucapkan pidato “Menuju Indonesia sebagai Negara Mandiri Katalis”.
Triyono mengingatkan untuk tidak menyalahkan industri Indonesia bila mereka lebih memercayai kualitas katalis luar negeri daripada buatan sendiri. Pada dasarnya mereka memang jauh lebih baik, dan kita belum memiliki kepedulian terhadap pentingnya kualitas katalis buatan sendiri. “Inilah yang menjadi tugas kita untuk meningkatkan kualitas katalis agar dapat dipercaya dan terjamin performa dan realibity-nya sehingga masyarakat tanpa disuruh-suruh sudah dengan sendirinya menggunakan produk buatan dalam negeri,” tutur ayah Angger Wahyu Kristanto dan Astria Wahyu Christine ini. (Humas UGM/ Agung)