YOGYAKARTA – Sebanyak 51 guru agama dan bimbingan konseling mengikuti Pelatihan Manajemen Konflik Berbasis Sekolah dan Kursus Bina Damai, yang difasilitasi oleh Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM. Kegiatan yang berlangsung 2-7 Juli 2011 ini diikuti guru-guru dari SMA di wilayah Jabodetabek, Aceh, dan Yogyakarta. “Model kegiatan ini untuk pertama kalinya dilakukan di Indonesia. Kita ingin memberikan keterampilan bagi para guru untuk menyelesaikan konflik secara damai di sekolah,†kata peneliti pada Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM, Dr. Samsu Rizal Pangabean, yang ditemui di sela-sela acara, Rabu (6/7).
Menurut Rizal, selama ini penyelesaian konflik di sekolah lebih bersifat sementara dan diselesaikan menurut pengalaman guru masing-masing sesuai dengan sistem dan kultur di sekolah. Disebutkannya bahwa bentuk konflik di sekolah terjadi dalam bentuk kekerasan, seperti perkelahian, intimidasi, pengucilan, serta ancaman antara guru dan murid. “Kita harapkan sekolah-sekolah berani melembagakan sekolah damai, kelas yang damai, dengan menyelesaikan konflik dengan mediasi sejawat,†katanya.
Lebih jauh Rizal menambahkan dari kegiatan ini akan dilakukan inventarisasi berbagai jenis konflik yang terjadi di sekolah dan pengalaman sekolah dalam menanganinya. “Semua peserta akan menyampaikan pengalamannya masing-masing,†ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha UGM, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D., mengatakan guru-guru memiliki peran yang sangat penting untuk mendidik siswa. Keikutsertaan dalam pelatihan diharapkan akan meningkatkan kemampuan para guru dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan, salah satunya manajemen konflik berbasis sekolah. “Kita mengapresiasi kepada guru-guru atas tugasnya membangun bangsa lewat manajemen konflik di sekolah, menjalankan perannya untuk mendidik siswa-siswa sebagai calon pemimpin bangsa,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)