YOGYAKARTA-“Yang lebih penting adalah menanamkan nilai-nilai kejujuran dan kedisiplinan kepada anak sejak dini.” Itulah hal pertama yang disampaikan Susyanto, orang tua Suvia Sakinah, mahasiswa baru UGM tahun 2011 yang baru saja dinyatakan diterima di Fakultas Psikologi melalui SNMPTN Ujian Tertulis. Lalu apa maksud pernyataan Susyanto tersebut?
Pernyataan Susyanto ini ternyata terkait dengan besaran Sumbangan Peningkatan Mutu Akademik (SPMA) yang harus dibayarkan oleh mahasiswa baru UGM. Berdasar hati nurani yang jujur, Susyanto yang sehari-hari bekerja sebagai guru di SMP 1 Tersono, Batang, Jawa Tengah ini mengubah besaran SPMA 2 menjadi SPMA 3. Otomatis, besaran sumbangan yang harus dibayar pun juga naik dari Rp 10 juta menjadi Rp 20 juta.
“Tidak apa-apa mas. Yang terpenting adalah kejujuran dan kedisiplinan kepada anak yang harus ditanamkan sejak dini,”papar Susyanto, Kamis (7/7).
Susyanto menuturkan, pada awalnya Suvia memang tidak tahu secara pasti tentang penghasilan kedua orang tuanya sehingga mengisi SPMA 2. SPMA 2 diperuntukkan bagi mahasiswa yang orang tuanya berpenghasilan antara Rp 2,5 juta-Rp 5 juta. Padahal, penghasilan kedua orang tua Suvia berkisar Rp 7 juta.
“Kebetulan istri saya juga guru di SD Muhammadiyah Kranggan, Tersono sehingga kurang lebih lebih penghasilan kami di atas Rp 7 juta,”paparnya.
Mungkin figur seperti Susyanto di jaman seperti saat ini tergolong sulit ditemukan. Ya, jaman di saat orang cenderung berpacu mencari materi namun melupakan sisi lain yang lebih bernilai, yaitu sebuah kejujuran nurani. Sebuah kejujuran yang mungkin sulit diwujudkan ketika berhadapan dengan situasi yang sulit dan menyudutkan. Tapi itu ternyata tidak berlaku pada diri Susyanto.
“Saya tidak bisa membohongi nurani mas, meskipun akhirnya SPMA yang dibayarkan jadi lebih mahal. Apalagi saya sudah percaya UGM sepenuhnya agar nanti bisa mendidik Suvia ,”kata pria kelahiran Batang, 20 Desember 1959 tersebut.
Sementara Suvia Sakinah dalam kesempatan itu mengaku Fakultas Psikologi UGM merupakan pilihan pertamanya pada SNMPT N Ujian Tertulis lalu. Gadis kelahiran 2 Desember 1993 ini mengaku memilih UGM karena UGM yang sudah punya nama di tingkat nasional maupun dunia. Selain itu, dalam pandangannya, UGM bisa dipercaya dan sehat dalam penerimaan mahasiswa baru.
“Fakultas Psikologi punya prospek bagus. Selain itu saya mantab ke UGM karena bisa dipercaya dan sehat dalam penerimaan mahasiswa baru,” kata Suvia yang berasal dari SMA 5 Semarang itu.
Meskipun kedua orang tuanya tinggal di Batang, sudah sejak kelas satu SMA Suvia kos di Semarang. Prinsip kebebasan dan hidup mandiri ternyata juga telah diajarkan oleh kedua orang tuanya, termasuk ketika memilih Fakultas Psikologi UGM.
Ya, ini hanyalah salah satu contoh serba-serbi proses penerimaan mahasiswa baru di UGM. Nah, soal biaya pendidikan di UGM sebenarnya masih wajar dan terjangkau. Bahkan, kalaupun ada keberatan besaran biaya SPMA pihak universitas juga membuka pintu dialog dan universitas akan memberikan solusi terbaik, sementara calon mahasiswa yang bersangkutan tidak akan kehilangan haknya sebagai calon mahasiswa UGM.
Oh, ya jangan lupa. Pada SNMPTN Undangan yang lalu, UGM juga mengintegrasikan program Penelusuran Bibit Unggul (PBU) yang salah satu jalurnya adalah PBUTM (Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu). Banyak mahasiswa tidak mampu yang berprestasi ditampung di jalur ini. Ini bukti bahwa UGM masih adalah kampus kerakyatan, kampus yang tetap menampung mahasiswa berprestasi dari kalangan miskin atau tidak mampu. Oleh UGM, calon mahasiswa berprestasi yang tidak mampu secara ekonomi ini difasilitasi beasiswa, baik melalui program Bidik Misi Kemdiknas meupun beasiswa yang disediakan oleh UGM dan mitra. Novita Nur Diarini, mahasiswi Farmasi angkatan 2010, adalah salah seorang mahasiswa yang lolos masuk UGM melalui jalur tersebut. Ini sedikit cuplikan wawancara Humas UGM dengan Novita beberapa waktu lalu.
Bagaimana perasaannya diterima masuk UGM lewat jalur PBUTM?
Alhamdulillah, saya bersyukur sekali bisa masuk kampus ternama seperti UGM ini. Dulunya saya tidak membayangkan bisa masuk ke UGM mengingat saya berasal dari keluarga miskin. Tapi, akhirnya keraguan tersebut hilang setelah akhirnya berhasil masuk ke Fakultas Farmasi ini.
Kok bisa masuk UGM? Bisa cerita?
Cita-cita masuk UGM muncul sejak saya duduk di kelas satu SMA. Terus terang saya juga terisnpirasi oleh kakak saya, Awang Sukoco (Jurusan Teknik Mesin dan Industri angkatan 2006) yang sebelumnya sudah masuk ke UGM, juga lewat jalur PBUTM. Dari situ saya kemudian belajar tekun dan akhirnya mampu masuk tiga besar dari semester satu hingga semester enam. Kemudian saya dicalonkan oleh sekolah untuk masuk UGM lewat jalur PBUTM dengan pilihan Fakultas Farmasi. Selain prestasi, yang tidak kalah penting adalah dukungan dari orang tua dan keluarga tentu saja.
Apa yang didapat melalui jalur PBUTM?
Puji syukur karena melalui jalur ini saya bisa kuliah di Fakultas favorit saya, Farmasi. Kebetulan cita-cita saya memang mau jadi apoteker. Di samping itu beasiswa lewat Beasiswa Pendidikan bagi Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidik Misi) saya peroleh sehingga saya bebas dari semua biaya pendidikan dan masih mendapatkan bantuan Rp 600 ribu/bulan hingga empat tahun. Dana ini biasanya saya gunakan untuk uang saku serta membeli buku atau bahan kuliah lainnya. Dengan itu saya juga bisa mengurangi beban orang tua. Setelah masuk pun banyak bimbingan dan pembinaan dilakukan oleh dosen.
Harapannya apa tentang PBUTM?
Secara pribadi saya berharap program ini terus dijalankan oleh UGM. Syukur kuota atau jumlah mahasiswa yang bisa masuk di jalur ini terus ditambah.
Setelah diterima di UGM, kira-kira apa yang ingin disumbangkan buat UGM?
Saya ingin berprestasi lebih baik lagi baik di tingkat UGM, nasional, syukur ke depan internasional. UGM selama ini juga sudah membuktikan berbagai prestasi tersebut. Ini juga sudah saya coba rintis sejak awal, di mana di semester satu kemarin IPK saya mencapai 3,16.Saat ini pula saya juga sudah aktif di Keluarga Mahasiswa muslim Farmasi bagian keputrian, yang aktif mengadakan diskusi keagamaan baik dengan teman satu jurusan atau beda jurusan (Humas UGM/Satria AN)