YOGYAKARTA-Indonesia merupakan negara yang sering ditimpa bencana alam. Posisi Indonesia di ring of fire menunjukkan sejak tahun 1815 hingga 2011 ini, frekuensi bencana alam, seperti gempa, banjir, dan tsunami, meningkat sehingga masyarakat harus siap dalam menghadapinya. Hal tersebut dikemukakan oleh pakar administrasi dan kebijakan publik UGM, Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si., dalam konferensi internasional bertema International Cooperation: Borderless Public Administration, yang digelar di Hotel Sheraton Mustika, Kamis (7/7). “Ini sudah terbukti bahwa gempa bumi, banjir, hingga tsunami sering melanda Indonesia sehingga masyarakat selalu siap mengantisipasinya,†kata Erwan.
Acara ini merupakan hasil kerja sama UGM, Seoul Association for Public Administration (SAPA), dan Korea Forest Service (KFS). Konferensi dibuka oleh Prof. Dr. Wonho Chai selaku Presiden SAPA. Hadir pula dalam kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., dan Ketua Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik, Dr. Ambar Widaningrum, M.A.
Selain Erwan, pada sesi manajemen bencana juga hadir untuk memberikan paparan Dr. Jung Ku Kim (Semyung University), Dr. Tae Soo Kim (Korea Christian University), dan Dr. Mark Wilding (Catholic University of Korea). Selain tema manajemen bencana, konferensi ini juga mengangkat tema-tema lain, yakni Resource Management and Regional Development (Manajemen Sumber Daya dan Perkembangan Regional), Social Change and Administrative Reform (Perubahan Sosial dan Reformasi Administratif), Minority in Public Administration and Policy (Minoritas dalam Administrasi Publik dan Kebijakan), Policy Conflict and Resolution (Konflik Kebijakan dan Resolusi), dan beberapa lainnya.
Acara yang dihadiri oleh sekitar 80 peserta ini diharapkan dapat memperkuat hubungan UGM dengan universitas–universitas di Korea, sekaligus dapat memberikan solusi bagi masalah–masalah kebijakan di Indonesia dan Korea. (Humas UGM/Satria AN)