YOGYAKARTA – Peneliti Lembaga Riset Asia dari National University of Singapore, Prof. Dr. Tim Bunnel, mengatakan Kota Yogyakarta dan Surakarta merupakan daerah yang berhasil menerapkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pembangunan di era otonomi daerah. Selain dua kota itu, Palembang, disebutkan Bunnel, menjadi kota yang berhasil melaksanakan revitalisasi sungai. Sementara itu, Tarakan dinilai berhasil dalam hal perencanaan perkotaan dan Pekalongan dinilai memiliki kepemimpinan yang baik dalam menangani isu perubahan iklim.
Secara khusus, Bunnel memberikan penghargaan kepada Walikota Solo, Joko Wi, tentang konsep pembangunan partisipasi aktif masyarakat. “Beliau memiliki kemampuan kepemimpinan, perencanaan yang baik, merangsang rasa kepemilikan masyarakat dalam proses perubahan,†kata Bunnel dalam International Conference on Future of Urban and Peri-urban Area, yang diadakan di Fakultas Geografi, Senin (11/7).
Namun, Bunnel menyayangkan desentralisasi dan demokratisasi yang telah digulirkan pemerintah pusat tidak diikuti oleh proses transparansi dan akuntabilitas. Hal itu justru menimbulkan ekses adanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang kian meluas. “Justru yang terjadi desentralisasi korupsi, ego kedaerahan, dan kerja sama yang buruk antardaerah,†katanya.
Berdasarkan hasil penelitian Bunnel, sejak era kejatuhan rezim Soeharto, yang diikuti orde reformasi, menimbulkan dampak positif adanya desentralisasi dan demokratisasi. Adapun dampak negatifnya ialah makin meluasnya praktik KKN dan menguatnya jaringan patronase di daerah. “Sampai saat ini, 30-an bupati yang sedang tersangkut proses penyelidikan tindak pidana korupsi, sedangkan empat bupati telah diadili atau dijatuhi hukuman karena korupsi,†tuturnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)