Setelah sekian lama berkecimpung dalam bidang business & trading consultant, kini saatnya bagi Adri Syahrizal membagi pengalamannya kepada para mahasiswa UGM yang aktif menjadi pengurus dan anggota Koperasi ‘Kopma UGM’. Sebagai alumnus pengelola koperasi tersebut, ia masih ingin melihat Kopma UGM maju dan berkembang.
Adri Syahrizal merasa prihatin terhadap respon mahasiswa saat ini untuk menjadi anggota koperasi. Kondisi global dan budaya instan dituding menjadi faktor yang berpengaruh terhadap animo mahasiswa untuk menjadi anggota koperasi. Faktor lainnya ialah saat ini banyak mahasiswa yang terlalu studi oriented. “Biaya dan tuntutan orang tua untuk segera selesai kuliah tampaknya mendorong mereka tidak mengikuti berbagai kegiatan di kampus,” ujar Adri, Direktur Perencana ADMA Jogja, di Gelanggang Mahasiswa UGM, Selasa (12/7), saat menjadi pembicara dalam Bincang Perkoperasian, Training Motivasi, Pameran Hasil Pelatihan, dan Pasar Kejujuran.
Kondisi Koperasi ‘Kopma UGM’ saat ini, menurut Adri, sangat berbeda dengan ketika dirinya menjadi pengurus. Saat itu, respon mahasiswa sangat tinggi untuk menjadi anggota koperasi sehingga untuk keanggotaan saat itu diterapkan kebijakan rekrutmen. Meski bertentangan dengan prinsip terbuka koperasi, Adri menilai kebijakan tersebut akan menghasilkan kemajuan pada koperasi. “Lebih baik sedikit namun berkualitas, daripada banyak anggota tapi sebaliknya. Saat itu, ada sekitar 1.000 pendaftar, sekitar 750 lolos untuk ujian tertulis, tapi yang diterima menjadi anggota hanya 250 orang,” katanya.
Dalam Bincang Perkoperasian yang diselenggarakan Koperasi ‘Kopma UGM’ dalam memperingati Hari Koperasi ke-64, Adri Syahrizal meyakinkan bahwa prinsip-prinsip yang dianut koperasi tidak selalu berseberangan dengan aliran ekonomi kapitalis dan sosialis. Oleh karena itu, ia merasa optimis dalam jangka lima tahun ke depan, Koperasi ‘Kopma UGM’ akan mengalami perkembangan yang lebih baik.
Koperasi ‘Kopma UGM’ juga dituntut untuk melakukan inovasi-inovasi. Pengurus dapat melakukan terobosan-terobosan, seperti bekerja sama dengan FKG UGM untuk melakukan pengobatan gratis. Dengan memberikan sentuhan pada kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs) masyarakat kampus, tentu Kopma UGM akan menarik simpati. “Karena di Kopma UGM, mahasiswa tidak hanya belajar banyak hal. Namun, bisa menumbuhkan diri menjadi wirausaha-wirausaha andal nantinya,” tutur Adri. (Humas UGM/Agung)