YOGYAKARTA-Himmpas (Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana) UGM dan Kelompok Kajian Asia Timur, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, menggelar sebuah diskusi lintas budaya bertema ‘To Know is To Love’ bersama dengan beberapa mahasiswa asal AS dan India. Dalam diskusi yang bertempat di Ruang Multimedia Fisipol tersebut dihadiri oleh sekitar 70 mahasiswa S-3, S-2, dan S-1 dengan menghadirkan narasumber Kellyan S. Corners, Jillian Shedneck, Mike Bender, Zeyneb Temenko, Keongjil, dan Lemwang Chuhwanglim. “Mereka ini adalah sebagai pihak yang diminta memberikan gambaran tentang pelaksanaan pendidikan, khususnya di Amerika dan India,†ujar Ketua Panitia Acara, Asih Minanti Rahayu, Senin (18/7).
Dalam acara yang juga didukung oleh CRCS ( Center for Cultural and Religious Studies), ICRS (Indonesia Consortium for Religious Studies) Sekolah Pascasarjana, PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah), Ibnu Khaldun, dan Al- Khawarizmi, secara bergantian para mahasiswa Amerika mempresentasikan secara singkat universitas tempat mereka belajar: Union Theological Seminary, Temple University, Florida International University, Adelaide University, dan pendidikan di India. Setelah itu, para mahasiswa Indonesia mempresentasikan profil tentang IMM dan PMII.
Menurut Asih, acara itu berhasil menjembatani kepentingan mahasiswa Indonesia dengan ketertarikan mereka terhadap informasi mengenai pendidikan di barat dan pendapat mahasiswa barat tentang Islam di Indonesia serta kepentingan mahasiswa barat yang ingin belajar budaya dan Islam di Indonesia. Seperti yang dinyatakan Corners, dengan berbaur dan berdiskusi langsung dengan muslim di Indonesia, mereka jadi mengetahui Islam dalam realita, sesuatu yang berbeda dari apa yang didapatkan dari buku. “Dengan informasi yang benar dan jelas tentang Islam dan Indonesia ini, maka nanti juga akan kita bagi dengan teman dan keluarga di AS,†katanya.
Di sisi lain, para mahasiswa dari PMII dan IMM mempresentasikan profil organisasinya. Dua fokus berbeda sengaja diberikan kepada dua pihak pembicara karena tujuan yang dimiliki juga berbeda. Di satu sisi, para mahasiswa Amerika ingin belajar lebih banyak tentang budaya dan Islam di indonesia, sedangkan mahasiswa Indonesia memang memerlukan informasi tentang pendidikan di negara barat (Amerika) terkait dengan kepentingan beasiswa dan studi lanjut di masa mendatang. (Humas UGM/Satria AN)