YOGYAKARTA-Fakultas Geografi UGM menggelar Workshop International ‘Geographic Curricula Benchmarking and Development’. Kegiatan yang dibuka oleh Dekan Fakultas Geografi, Prof. Dr. Suratman, Kamis (21/7), ini menjadi sarana berbagi pengalaman antarpeserta dalam dan luar negeri tentang pendidikan geografi, terlebih untuk program sarjana.
Menurut Dr. Muh. Aris Marfa’i, M.Sc., Ketua Biro Kerja Sama Luar Negeri Fakultas Geografi UGM, workshop ini mengakomodasi para pemangku kepentingan dari universitas di Asia Tenggara untuk mempresentasikan pengalaman mereka. Mereka secara terbuka mendiskusikan masalah dan strategi untuk pengembangan masa depan fakultas geografi di negara masing-masing. “Ilmu geografi menyangkut hubungan antara proses-proses alam dan sosial yang membentuk lingkungan dan kita menafsirkan perubahan keterkaitan tersebut antara lingkungan dan masyarakat,” kata Muh. Aris.
Ditambahkan Muh. Aris, program studi geografi sesungguhnya menjelaskan bagaimana orang dapat beradaptasi dan membentuk kembali lingkungan alam untuk mendukung kehidupan mereka. Pesatnya peningkatan populasi dan kebutuhan sumber daya alam telah secara nyata berdampak pada lingkungan alam, di antaranya pemanasan global, bencana alam, dan masalah lingkungan lainnya.
Untuk itu, ilmu geografi saat ini memiliki posisi strategis untuk memberikan solusi terhadap isu-isu lingkungan alam. Berbagai pengelolaan sumber daya yang langka dan krisis lingkungan menjadi topik yang menarik bagi geografer. “Karenanya, pendidikan tinggi menjadi salah satu lembaga publik yang bertanggung jawab untuk memberikan solusi yang berhubungan dengan masalah yang terkait isu-isu lingkungan melalui kegiatan penelitian dan pendidikan,” jelasnya.
Oleh karena itu, tak salah apabila lokakarya ini bermaksud meninjau dan menganalisis desain kurikulum yang telah ada, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum, harapan terhadap kompetensi siswa, dan identifikasi beberapa kecenderungan umum serta praktik yang berhasil dilaksanakan. “Berdasarkan pengalaman masing-masing peserta, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengembangkan praktik terbaik, meningkatkan kualitas kurikulum berdasarkan kompetensi mahasiswa pascasarjana yang diharapkan,” tuturnya.
Selain Dr. Godfrey Yeung Kwok Yung dari National University of Singapore, lokakarya diikuti pula oleh pendidik dari beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain, Prof. Dr. Khairulmaini Osman Saleh (Universitas Malaya, Malaysia), Darlene J. Occena-Gutierrez, Ph.D. (University of the Philippines), dan Dr. Wichai Srikam (Geographical Association), serta 18 perguruan tinggi di Indonesia. (Humas UGM/ Agung)