Meteri Kesehatan (Menkes) RI Dr dr Siti Fadilah Supari SpJP(K) tetap pada pendiriannya menghentikan pengiriman spesimen virus flu burung strain Indonesia yang terbukti virus paling ganas (virulen) ke WHO. Di samping itu juga berpendapat NAMRU-2 tidak memberikan manfaat bagi Indonesia, sehingga perlu dipikirkan ulang untuk menghentikan kerja sama yang tidak menguntungkan bagi bangsa ini.
“Saya hanya berpatokan pada pada payung hukum yaitu UU RI Nomor 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri. Dalam UU itu jelas-jelas disebutkan hubungan luar negeri didasarkan pada asas kesamaan derajat saling menguntungkan dan saling tidak mencampuri urusan dalam negeri,†ujar Dr Siti Fadilah Supari saat berbicara dalam bedah buku karyanya ‘Saatnya Dunia Berubah’ yang digelar di Gedung Pertemuan (UC) UGM, Sabtu (28/6).
Dalam bedah buku yang mengungkap konpirasi penjajahan di balik kasus virus flu burung ini mengundang Ketua MerC dr Jose Rizal jurnalis SpOT, pakar hubungan internasional dan dosen UMY Siti Muslikhatu Sip, MSi dan pakar ekonomi Islam STEI Hamfara Ir Dwei Condro Triono MAg. Peserta terdiri akademisi, praktisi kesehatan, pegamat kebijakan publik aktivis dan guru.
Menurut Menkes, payung hukum ini harus menjadi pegangan dalam setiap kerja sama dengan pihak luar negeri, sehingga prinsip politik luar negeri yang bebas aktif, teguh dalam prinsip dan pendirian, serta rasional dan luwes dalam pendekatan tetap terjaga. Kewenangan penyelenggaraan hubungan luar negeri permintah RI berada di tangan Presiden.
“Presiden dapat melimpahkan kewenangan penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri kepada Menteri, sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu tetapi secara politis, yuridis keamanan nasional dan teknis harus aman,†ujar Supari yang telah berhasil melakukan diplomasi tentang penghentian pengiriman spesimen virus flu buurng ke WHO.
Menurut dr Jose Rizal lembaga WHO dalam kasus ini telah berhasil diperalat oleh negara adi kuasa Amerika Serikat. Demikian pula dengan kasus NAMRU-2 memang sudah selayaknya dihentikan, karena hanya dijadikan pangkalan militer, karena yang berada di NAMRU-2 dari Departemen Pertahanan dan Penelitian Militer Amerika Serikat untuk kamuflase belaka yang mendapat kekebalan diplomatik.
Memang harus dikaui NAMRU-2 pada awalnya memang diminta untuk memberantas penyakit pes pada 50 tahun yang lalu, namun yang terjadi sekarang sudah tidak lagi memberikan manfaat. Hal itu dibuktikan dengan demam berdarah yang sudah tidak bisa dicegah lagi, sehingga betapa canggihnya instrument-instrumen untuk menguasai negara-negara yang menjadi incarannya.
“Kalau kemudian Menteri Kesehatan menerbitkan buku ‘Sudah Saatnya Dunia Berubah’ ini merupakan penyadaran rakyat adanya sesuatu yang sangat berbahaya bagi Negara dan bangsa ini. Memang itu tidak mudah karena banyak kombrador atau antek-antek di belakang itu yang punya kepentingan tertentu,†ujar Jose Rizal Jurnalis dalam bedah buku yang menghebohkan tersebut. (Humas UGM/Gusti Grehenson)