Bencana selalu membawa trauma tersendiri bagi korban dan masyarakat sekitar yang menjadi saksi peristiwa alam itu. Berbagai upaya pemulihan korban pascabencana dilakukan dengan melibatkan banyak pihak melalui beberapa pendekatan, yakni aspek psikologi, sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, infrastruktur, dan lain-lain.
Terkait dengan upaya mengembalikan masyarakat pada kondisi normal, yang terpenting adalah bagaimana penguatan kesadaran atas risiko bencana alam yang sangat mungkin terjadi di Indonesia. “Karena bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, maka penanganan prabencana perlu dilakukan lebih gencar agar masyarakat dan negara selalu siaga atas bencana alam yang mungkin terjadi,” kata Kepala Perpustakaan UGM, Drs. Ida Fajar Priyanto, M.A., di Gedung Radyo Suyoso, Kompleks Kantor Gubernur DIY, Kamis (28/7), sehubungan dengan pelaksanaan Seminar Nasional Peran Pustakawan dalam Mitigasi Bencana.
Berbagai peran aktif mitigasi bencana selama ini lebih banyak dilakukan oleh lembaga pemerintah, lembaga asing, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, pustakawan, dan aktifis kemanusiaan. Oleh karena itu, diseminasi informasi terkait dengan bencana yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dan lembaga pemerintah diharapkan dapat sampai ke keluarga-keluarga inti di seluruh wilayah Indonesia. “Perpustakaan, pusat informasi, dan pustakawan memiliki posisi strategis dalam mengambil peran diseminasi informasi ini melalui pustaka dan informasi kebencanaan, program-program sosialisasi pada masyarakat, serta peran aktif perpustakaan di daerah rawan bencana,” tuturnya.
Menjadi pembicara seminar, R. Hutomo, Kepala Bidang Data, Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, mengatakan pengolahan informasi kebencanaan merupakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan sejak publikasi diterima perpustakaan hingga siap digunakan oleh pengguna. Manfaat yang diharapkan agar semua informasi kebencanaan dapat ditemukan dan digunakan dengan mudah oleh pengguna.
Sebagaimana perpustakaan pada umumnya, pengelolaan informasi di perpustakaan kebencanaan memberi manfaat bagi pengelola dan pengguna perpustakaan. Di samping mempermudah pengaturan dan penataan, ia mampu menempatkan berbagai bahan informasi bagi pengelola perpustakaan (pustakawan) dan membantu mempermudah penelusuran oleh pengguna. “Bagaimanapun dengan cara ini tersedia sarana penelusuran yang cepat dan semua koleksi teridentifikasi dengan rapi dan baik,” terangnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana saat ini telah mengaplikasikan DIBI (Data dan Informasi Bencana Indonesia) yang menampilkan historis data kejadian bencana di Indonesia semenjak tahun 1815 untuk semua jenis bencana. Dengan aplikasi semacam ini, pengguna dapat mencari tentang kejadian bencana yang diinginkan, misalnya tentang data korban, lokasi, saat kejadian dari suatu bencana.
Selain itu, BNPB telah memakai aplikasi GIS guna memantau bencana, seperti data-data suhu, tinggi gelombang, dan permukaan, serta aplikasi kesiapsiagaan yang berupa peta rawan, risiko, kerentanan secara interaktif terserah pengguna. Sementara itu, untuk aplikasi tanggap darurat menampilkan informasi kejadian bencana terkini. “Peran pustakawan selama ini adalah membantu pengguna untuk mendapatkan informasi dengan cara mengarahkan agar pencarian informasi dapat efisien, efektif, tepat sasaran serta tepat waktu. Dengan perkembangan teknologi informasi inilah peran pustakawan menjadi relawan dalam penyebaran informasi kebencanaan dan informasi penanggulangan bencana,” katanya.
Seminar sekaligus peluncuran buku ‘Pustakawan dalam Mitigasi Bencana’ menghadirkan juga pembicara Dr. Iwan Gunawan dari World Bank Senior Disaster Management Adviser di Indonesia, yang mengupas topik Manajemen Risiko sebagai Kata Kunci dalam Pembangunan Berbasis Mitigasi Bencana’, Dr. Rachmat Hidayat (Center for Public Mental Health, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada), yang membahas ‘Trauma Healing dalam Mitigasi Bencana: Penanganan Prabencana dan Pascabencana’, serta Drs. Tri Septiyantono, M.Si. (Pustakawan Universitas Gadjah Mada), yang mendiskusikan ‘Peran Pustakawan dalam Mitigasi Bencana’.
Dalam seminar hasil kerja sama Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DIY, The World Bank, Perpustakaan UGM, Perpustakaan UNY, dan Perpustakaan ISI Yogyakarta ini juga hadir para anggota Perpustakaan Tinggi se-Indonesia, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota seluruh Indonesia, Perpustakaan Sekolah, Lembaga Pemerintah terkait, dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam mitigasi bencana. (Humas UGM/ Agung)