Mahasiswa Fakultas Farmasi UGM berhasil mendominasi lomba karya tulis mahasiswa farmasi dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia. Kegiatan digelar di Universitas Airlangga 19 Juli lalu dan diikuti 40 tim dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Dalam kompetisi tersebut, tim UGM berhasil meraih juara I dan II. Sementara juara ketiga diraih oleh tim dari Universitas Padjadjaran.
Juara pertama diraih oleh tim yang beranggotakan Fera Amelia, Ellsya Angelline F., Kurnianto Wibowo, dan Galih Nur Afnani, yang mengajukan paper berjudul ‘Tablet Salut Enterik Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L) sebagai Anti Kanker Kolon yang Potensial’. Mereka mengangkat tema tersebut karena melihat daun sirsak memiliki potensi yang cukup besar sebagai agen anti kanker dengan efek samping minimal.
Fera Amalia menuturkan kepada wartawan, Jumat (29/7), selama ini terapi kanker banyak dilakukan dengan jalan kemoterapi yang menimbulkan berbagai efek samping. Melihat fenomena tersebut, ia dan rekan-rekan berusaha mencari ide baru pengobatan alternatif bagi terapi kanker dengan efek minimal.
Fera menyebutkan dalam daun sirsak mengandung anonacin acetogenin, yaitu senyawa yang mampu menghambat produksi energi pembelahan sel kanker . Bahan ini berpotensi sebagai agen anti kanker 10 ribu kali lebih kuat dibandingkan dengan agen kemoterapi. “Kami mengajukan ide membuat tablet salut enterik ini dengan harapan bisa menjadi alternatif pengobatan kanker, khususnya kanker kolon. Namun, ke depan masih perlu penelitian lebih dalam dan dilakukan berbagai pengujian untuk mengetahui hasilnya secara pasti,†tambahnya.
Sementara itu, tim UGM lainnya berhasil meraih juara kedua berkat mengajukan paper berjudul ‘Maskervescent Secang: Masker Antioksidan dan Anti Aging Berbasis Modernisasi Bahan Alam Indonesia’. Mereka adalah Etyk Yunita Anjarsari, Yonika Arum Larasati, dan Fikri Amalia.
Ketiga mahasiswi tersebut terdorong untuk membuat masker berbahan secang karena dalam secang terkandung antioksidan lebih tinggi 10 kali lipat dibandingkan dengan yang terkandung dalam masker sintetis. “Antioksidan sebagai senyawa pereduksi redikal bebas menjadi pilihan utama zat aktif berbagai kosmetik. Namun, dari sejumlah studi terbukti bahwa penggunaan vitamin E sebagai antioksidan dalam kosmetik anti aging ternyata dapat memacu terjadinya rekasi seperti bentol-bentol dan alergi. Oleh sebab itu, pengembangan kosmetik antioksidan dengan bahan alam yang lebih aman menjadi alternatif menjanjikan saat ini,†tutur Etyk.
Membuat Maskervescent secang cukup gampang. Pertama, kayu secang diserbuk lalu diesktraksi dengan etanol 96% yang selanjutnya disaring dan dikentalkan. Hasilnya lalu dikeringkan dengan spray driying dan akan diperoleh ekstrak secang kering. Terakhir, ekstrak secang kering dicampur dengan serbuk effervescen. “Kami menambahkan serbuk effervescen untuk menghasilkan masker yang mampu memberikan sensasi segar untuk relaksasi,†terangnya.
Bahan-bahan tersebut kemudian diletakkan di atas kertas spounbon nonwoven yang di atasnya ditempel kain kasa. Jadilah masker secang yang dapat langsung ditempelkan di wajah. Ditambahkan oleh Fikri Amalia, masker secang memiliki sejumlah keunggulan, selain mengandung antioksidan yang tinggi juga mengandung anti bakteri. Adanya unsur effervescen yang menimbulkan efek relaksasi menjadikan masker ini berbeda dengan masker di pasaran.
Fikri menyebutkan masker secang ini juga bersifat murah dibandingkan dengan masker sintetis di pasaran. “Dari 1 kg kayu secang yang biasanya dijual 8 ribu/kg-nya bisa diperoleh sekitar 10 gram ekstrak secang kering. Sementara untuk membuat satu masker secang hanya dibutuhkan 2 gram ekstrak secang kering. Jadi, dari 1 kg kayu secang bisa dihasilkan 5 masker secang,†terangnya.
Masker secang memang belum dijual di pasaran, baru berbentuk prototype. Namun, ke depan mereka berharap dapat memproduksi masker ini. “Ke depan kami berharap dapat memproduksi masker secang ini. Namun, sebelumnya harus dilakukan penelitian dan uji lanjutan, seperti sandardisasi ektrak, uji hedonic, uji iritasi, dan uji-uji lainnya,†jelasnya.(Humas UGM/Ika)