Fakultas Kedokteran (FK) UGM, RS Dr Sardjito, dan Fakultas Psikologi UGM menutup secara resmi kegiatan Program Aceh UGM dalam misi kemanusiaan di Aceh yang telah dilakukan selama tiga setengah tahun lebih. Penutupan program misi kemanusiaan ditandai dengan Seminar, Peluncuran dan Bedah Buku “Tiga Tahun Kegiatan Kegiatan RS Dr Sardjito, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi UGM di Aceh (Desember 2004 – Juni 2008)â€, Selasa (1/7) di Gedung Auditorium Fakultas Kedokteran UGM.
Dekan FK UGM Prof Dr Hardyanto Soebono, SpKK(K) dalam sambutannya menegaskan bahwa program misi kemanusiaan di Aceh ini merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat dari tri darma perguruan tinggi yang telah dilakukan oleh FK UGM. Namun demikian, Hardyanto mengakui pengelolaan pogram ini merupakan pengalaman yang paling besar dirasakannya selama menjabat sebagai Dekan FK. Maka dari itu, dirinya berpandangan program-program semacam ini merupakan program yang banyak dibutuhkan oleh daerah-daerah lain di Indonesia.
â€Bentuk pengabdian yang dilakukan oleh FK UGM ini sebenarnya banyak dibutuhkan di berbagai daerah lain di Indonesia mengingat masih minimnya pelayanan kesehatan di berbagai daerah,†katanya.
Lebih jauh diungkapkan oleh Hardyanto, kegiatan selama 3,5 tahun tidak hanya memberikan manfaat besar masyarakat Aceh tapi juga memberikan manfaat bagi staf FK UGM. Menurut hardyanto, manfaat yang didapat dari kegiatan ini setidaknya menjadikan staf FK UGM menjadi lebih terlatih ketika bekerjasama dalam teamwork. Selain itu, menjadi pembelajaran bagi residence untuk belajar mandiri ketika berada di lokasi bencana.
Hal ini diamini oleh Bupati Aceh Barat Ramli MS, keberadaan tim FK UGM sangat membantu masyarakat Aceh dalam mebangun kembali daerahnya yang sempat porak poranda. Terutama sekali di wilayah Aceh Barat. Bukan hanya itu, ujar Ramli, kedatangan tim UGM juga telah mengubah persepsi masyarakat Aceh terhadap para pendatang.
“Sama seperti masyarajkat Aceh pada umumnya, Saya dulu berpikir orang jawa itu jahat, setelah mereka ini datang memberikan bantuan tanpa pamrih, telah melunakkan hati rakyat Aceh yang sebelumnya sangat antipati dengan orang Jawa,†katanya.
Diungkapkan oleh mantan petinggi GAM ini, dampak bencana tsunami yang sangat dahsyat, tidak saja menyadarkan masyarakat Aceh sendiri namun dapat melihat langsung bagaiaman bagaimana menderitanya bila tidak dibantu dari luar.
“Tsunami itu datang saat situasi masih dalam konflik, saya masih pegang senjata. Namun, bencana ini menggugah hati kami, melunakkan hati kami karena dengan kejadian itu banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah, banyak yang kehilangan mata pencaharian, â€tuturnya.
Di samping itu, Ramli juga sempat menyinggung kerjasma dengan UGM ini seyogyanya terus dilakukan, dan pihaknya telah berusaha menyisihkan dana dari APBD untuk menindaklanjuti hasil kerjasama sebelumnya.
Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha UGM Prof Ir Toni Atyanto Dharoko MPhil PhD bergharap dari hasil program misi kemanusiaan UGM, setidaknya menjadi salah satu bentuk pengetahuan baru untuk ditularkan kepada mahasiswa dan daerah-daerah lain di Indonesia yang mengalami hal yang sama.
“Pengalaman seperti ini bisa menjadi ilmu pengetahuan yang bisa ditularkan kepada mahasiswa dan berbagai daerah yang mengalami hal-hal yang sama,†tandasnya.
Toni juga menegaskan, UGM akan selalu membuka diri bagi kabupaten Aceh Barat untuk sharing dengan pihak UGM terkait dalam upaya melaksanakan program recovery di berbagai bidang.
Sementara Prof dr Laksono MSc PhD selaku koordinator program Aceh UGM, dalam pidato pengantarnya menceriterakan inisiatif munculnya program ini diawali dengan spontanitas bantuan di bidang kesehatan pasca tsunami 26 Desember 2004 melalui pengiriman 3 tim sukarelawan ke Meulaboh dan Banda Aceh, yaitu: Tim Medis RS Dr Sardjito/FK UGM yang dimotori oleh dr Hendro Wartatmo, SpB-KBD dan Prof Dr Sutaryo, SpA(K), Tim Psikolog Crisis Center (CC) Fakultas Psikologi UGM yang diketuai Drs Haryanto, Msi, Tim S2 Ilmu Kesehatan Masyrakat (IKM) dan Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan (PMPK) FK UGM di bawah komando dr Adi Utarini, MSc, PhD dan dirinya sendiri.
Selanjutnya misi kemanusiaan ini, tandas Laksono, mendapat dukungan penuh oleh Direktur Utama RS Dr Sardjito, dr Sri Endarini, MPH; Dekan FK UGM (Prof Dr Hardyanto Soebono, SpKK(K) dan Dekan Fakultas Psikologi UGM Prof Dr M. Noor Rachman Hadjam tersebut akhirnya berhasil disatukan dan dikelola secara profesional dalam satu manajemen proyek terpadu pada Juli 2005 di bawah nama Program Aceh UGM “Supporting Human Resources Development and Health Services Reconstruction in Aceh Barat & Nanggroe Aceh Darussalam Province†sehingga struktur kegiatan menjadi lebih terintegrasi dalam 4 unit: Clinical Services (CS), Mental Health (MH), Public Health (PH), Integrated Management of Childhood Illness (IMCI).
“Program ini ternyata mendapat simpati dan perhatian dari lembaga donor dalam bentuk dukungan dana diperoleh terutama dari World Vision Australia (WVA) serta dana dari Bank Mandiri dan dana kemanusiaan harian Kedaulatan Rakyat,†jelasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)