YOGYAKARTA – Keberadaan 54 armada bus Trans Jogja belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan rute pelayanan angkutan massal yang dibutuhkan masyarakat. Jumlah armada tersebut masih jauh dari jumlah bus yang dibutuhkan, yakni 290 bus. Meski sudah tiga tahun beroperasi, beberapa jalur Trans Jogja masih dalam kondisi merugi. Oleh karena itu, akan dilakukan penataan optimalisasi rute dan konektivitas jalur bandara, stasiun kereta api, dan pusat perbelanjaan.
Hal itu mengemuka dalam Sarasehan Penataan Bus Trans Jogja, yang diprakarsai oleh Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) bekerja sama dengan Dishub dan Kominfo DIY. Sarasehan berlangsung di kantor Dishub DIY, Sabtu (30/7). Hadir sebagai pembicara ialah Kepala Dinas Dishub dan Kominfo DIY, Tjipto Haribowo, Peneliti Pustral UGM, Dr. Heru Sutomo, dan Staf Ahli Dishub dan Kominfo DIY, Rizky Budi Utomo.
Tjipto mengatakan banyak jalur yang belum tercover oleh Trans Jogja sehingga perlu penataan jalur kembali, dengan mempertimbangkan konektivitas jalur antara Stasiun Tugu, Bandara Adi Sutjipto, dan pusat kegiatan ekonomi masyarakat. “Bus Trans Jogja belum mencukupi kebutuhan setiap jalur dan kita berupaya memperluas akses,†katanya.
Rizky Budi utomo, Staf Ahli Dishub dan Kominfo DIY, mengatakan pihaknya berencana akan mengembangkan e-ticketing Trans Jogja dengan melibatkan kerja sama dengan perbankan. Juga akan dilakukan integrasi tiket dengan Prameks dan Batik Solo Trans. “Kita akan kerja sama dengan pihak UGM, dengan membuat mesin tiket di dalam bus, portable bus stop, dan optimalisasi rute,†katanya.
Heru Sutomo menjelaskan untuk strategi pengelolaan Trans Jogja dibutuhkan konsolidasi operator untuk menciptakan persaingan terkendali karena saat ini terdapat 300-an bus kota. Salah satu yang dilakukan adalah membuat jaringan yang lengkap, struktur rute langsung dengan akses yang mudah dan menambah jam pelayanan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)