• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Jelang Lebaran, Kenaikan Harga Pangan Bebani Rakyat Kecil

Jelang Lebaran, Kenaikan Harga Pangan Bebani Rakyat Kecil

  • 05 Agustus 2011, 13:52 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 5453
Jelang Lebaran, Kenaikan Harga Pangan Bebani Rakyat Kecil

YOGYAKARTA – Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum, M.Sc., menilai lonjakan harga bahan kebutuhan pokok dan komoditas pertanian menjelang lebaran terus meningkat tajam. Meski ditengarai akibat meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam menghadapi lebaran, kenaikan harga tersebut dinilai tidak wajar dan membebani rakyat kecil. “Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena menyangkut kebutuhan dasar rakyat yang sedang menjalankan ibadah puasa,” kata Maksum dalam seminar di Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK), Kamis (4/8) sore.

Maksum mengatakan beberapa komoditas barang kebutuhan pokok melonjak tajam. Berdasarkan hasil pengamatannya, kenaikan harga beras telah menyebabkan inflasi sebesar 22 persen, diikuti daging ayam sebesar 19 persen. Berikutnya, kenaikan harga daging sapi, gula, dan kacang tanah. “Harga pasar beberapa komoditas pangan justru semakin tidak terjangkau publik. Kalau daging sapi, harganya lebih melejit lagi,” katanya.

Untuk beras, menurut Maksum, merupakan komoditas paling strategis. Namun, pengelolaan komoditas pangan pokok ini tidak pernah dibenahi secara serius. Kebijakannya pun terkesan ‘tambal-sulam’. Ia mencontohkan surplus produksi besar sejumlah 3,9 juta ton tahun 2010 tidak serta-merta menjadikan pemerintah upaya menghentikan kebijakan impor beras. Sebaliknya, pemerintah mengimpor 2 juta ton beras, bahkan akumuluasi surplus beras diperkirakan mencapai 11,9 juta ton pada akhir 2011 dan ditambah 6 juta ton surplus produksi. “Kebijakan impor ini justru menjadikan petani tidak sejahtera. Di sisi lain, pemerintah menginginkan harga beras murah,” katanya.

Meski kebijakan importasi merupakan kegiatan lumrah dalam tata niaga, untuk urusan beras tidak semata hanya masalah ekonomis, apalagi menilai harga beras impor lebih murah. “Prinsip ini sangat menyesatkan karena dalam sebutir beras terdapat pula urusan politik, kedaulatan, keadilan,” katanya.

Oleh karena itu, kebijakan impor beras seharusnya ditinjau ulang oleh pemerintah dalam rangka memproteksi petani dan pertanian domestik untuk menjaga keberlanjutan produksi beras di tengah kelangkaan pangan dunia. Kini, hampir setiap negara melakukan kebijakan protektif dan menekan ekspor dalam rangka kedaulatan dan keamanan pangan masing-masing. Thailand dan Jepang, misalnya, menerapkan kebijakan proteksi produksi berasnya, Rusia dengan kebijakan terigunya. Sementara itu, Amerika, Australia, dan beberapa negara Eropa melindungi produksi ternak sapi. “Perang pangan pun sudah dimulai. China dan India telah melakukan pengeuatan cadangan multiyears,” katanya.

Maksum menyarankan agar kebiasaan impor beras yang dilakukan pemerintah segera diakhiri. “Pilihannya memang tidak mudah. Semua ada kosekuensinya. Yang tidak bisa ditawar adalah makin susah dan mahalnya impor, apalagi sampai mematikan ekonomi petani, mayoritas warga bangsa ini,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok Dinilai Masih Wajar

    Monday,08 October 2007 - 15:06
  • Ekonom UGM: Pemerintah Sebaiknya Tidak Menaikkan Harga Pertalite, Solar dan Tarif Listrik

    Wednesday,20 April 2022 - 8:06
  • BBM DAN MUDIK LEBARAN

    Monday,17 October 2005 - 14:22
  • Harga BBM Naik, Perempuan Kena Dampak Paling Besar

    Friday,30 March 2012 - 13:57
  • Pakar: Pembebasan 57 Pos Tarif Komoditas Pangan Perlu Ditinjau Ulang

    Thursday,27 January 2011 - 14:12

Rilis Berita

  • Dosen Perikanan UGM Murwantoko Dikukuhkan sebagai Guru Besar 21 March 2023
    Dosen Departemen Perikanan, Prof. Dr. Ir. Murwantoko, M.Si., dikukuhkan sebagai G
    Gloria
  • Komunitas Mahasiswa Hindu UGM Ikuti Tawur Agung di Candi Prambanan 21 March 2023
    Mahasiswa UGM yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Mahasiswa Hindu Dharma (UKM
    Ika
  • 40 UMKM Mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan Produk 21 March 2023
    Sebanyak 40 pelaku UMKM mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan
    Agung
  • UGM Kembangkan Aplikasi TOMO Untuk Penanganan Tuberkulosis Resisten Obat 21 March 2023
    Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Dalam lapora
    Ika
  • Entrepreneur di Bidang Peternakan Masih Minim 21 March 2023
    Meski masih terbuka lebar Indonesia masih kekurangan entrepreneur di bidang peternakan. Data Bada
    Agung

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual