UGM bekerja sama dengan Pemprov DIY dalam waktu dekat akan merealisasikan penggunaan kartu mahasiswa UGM sebagai tiket bus Trans Jogja. Realisasi penggunaan kartu tanda mahasiswa (KTM) sebagai tiket ini berdasarkan atas hasil survei terhadap 500 mahasiswa terkait dengan penggunaan kendaraan yang digunakan dan kemungkinan penggunaan Trans Jogja sebagai moda angkutan menuju kampus.
Menurut pakar transportasi, Prof. Dr.-Ing. Ir. Ahmad Munawar, M.Sc., hasil survei menunjukkan bila moda (jenis) angkutan yang digunakan mahasiswa saat ini didominasi sepeda motor sebanyak 81,20%, jalan kaki (9,20%), mobil (3,20%), bus (2,20%), dan alat transportasi lain-lain (0,60%). Para mahasiswa sebagian besar tinggal di sekitar Jalan Kaliurang sebelah selatan jalan lingkar (47,1%), Jalan Kaliurang utara jalan lingkar (11,80%), Jalan Affandi Utara (8,1%), jalan lingkar antara UPN dan Condong Catur (4,5%) dan Jalan Kesehatan dekat RSUP Dr. Sardjito (3,7%). “Dari sampel tersebut, maka kemungkinan mereka naik bus Trans Jogja, yang bertempat tinggal dengan jarak maksimum 400 meter dari halte Trans Jogja terdekat sebanyak 11,24 persen. Sementara bila ditambah halte dan ada perbaikan rute/trayek, jumlah itu dapat meningkat menjadi 33,49 persen,” tuturnya di kampus UGM, Selasa (9/8).
Selaku Ketua Tim Kerja Sama Penggunaan Kartu Mahasiswa UGM sebagai Tiket Trans Jogja, Ahmad Munawar menjelaskan penggunaan KTM UGM sebagai tiket Trans Jogja bertujuan untuk mendukung peningkatan penggunaan angkutan umum di Provinsi DIY. Selain itu, dimaksudkan pula untuk mewujudkan kampus UGM sebagai kampus educopolis. Bahkan, UGM telah membentuk tim guna meneliti kemungkinan penggunaan kartu mahasiswa UGM sebagai tiket Trans Jogja. “Ini memungkinkan karena kedua jenis kartu ini kartu mahasiswa UGM dan tiket Trans Jogja memiliki sistem yang sama, yaitu sebagai ‘smart card’, kartu pintar,” jelasnya.
Program ini akan mendukung program keterpaduan tiket antara Trans Batik Solo, Pramex, dan Trans Jogja yang menurut rencana akan diresmikan Wakil Menteri Perhubungan pada akhir September 2011. Dalam peresmian nanti, sekaligus akan dicanangkan penggunaan kartu mahasiswa UGM sebagai tiket Trans Jogja. “Secara simbolis, Wakil Menteri Perhubungan dalam peresmian nanti akan naik bus Trans Jogja dari bandara menuju UGM, dilanjutkan dengan naik sepeda biru keliling beberapa ruas jalan kampus UGM,” katanya.
Segala kajian tentang penggunaan kartu mahasiswa UGM sebagai tiket bus Trans Jogja telah dipresentasikan di depan Gubernur DIY pada 8 Agustus 2011 di Gedung Gadri, Kepatihan Yogyakarta. Semua telah mencapai tahap finalisasi, hanya tinggal menunggu kesepakatan persoalan sistem tarif yang akan diberlakukan. UGM mengusulkan tiga opsi tarif, yakni sistem bulanan sebesar Rp100.000,00 per bulan, sistem semester Rp400.000,00 per semester, dan sistem langganan berupa 50 kali naik bus dengan harga Rp100.000,00.
Terkait dengan tarif ini, Dishubkominfo DIY masih terus melakukan pengkajian. Jika nantinya sistem bulanan atau semester yang disetujui, dengan membayar sejumlah uang tertentu, mahasiswa UGM akan dapat naik bus Trans Jogja ke mana saja dengan berapapun frekuensi pada rentang waktu yang telah ditentukan.
Sistem ini tentu saja tidak hanya untuk mahasiswa baru, tetapi dapat juga untuk mahasiswa angkatan lama. Bahkan, para dosen dan karyawan pun diharapkan dapat memanfaatkan ‘smart card’ ini untuk angkutan umum di DIY. “Dengan model semacam ini, perguruan tinggi lain diharapkan mengikuti jejak UGM untuk mengkampanyekan penggunaan angkutan umum guna mengatasi kemacetan dan menciptakan lingkungan yang bebas polusi. Untuk itu, UGM mengusulkan ada penambahan bus, halte, dan trayek jangka panjang,” terang Ahmad Munawar. (Humas UGM/ Agung)