
Pusat Studi Pancasila (PSP) berhasil lolos seleksi penelitian Riset Unggulan Kluster tahun 2011. Tim PSP UGM yang terdiri atas Arif Akhayat, M.A., Hastangka, Diasma Sandi Swandaru, dan Cahyo Gumilang lolos seleksi dengan penelitian bertema “Grand Design Konten Museum UGM: Media Transformatif Pembelajaran Nilai ke-UGM-an dan Ke-Indonesia-an”.
Berkisah tentang penelitian yang dilakukan, Arif Akhayat mewakili Tim PSP mengatakan Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan universitas tertua dan terbesar di Indonesia. Dalam sejarah pendirian UGM tidak terlepas dari peran para tokoh pejuang dan founding fathers dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. “Bahkan berbagai tokoh pejuang perang kemerdekaan telah dilahirkan Universitas Gadjah Mada,” ujarnya di kampus UGM, Jumat (12/8).
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila UGM dinilai sebagai universitas perjuangan dan kerakyatan. Selain itu, ia mampu menjadi media transformatif dalam keilmuan, kemasyarakatan, dan kebangsaan. “Dengan peran yang dimiliki telah mendekatkan UGM dengan masyarakat, sebab berbagai peran tersebut telah menjadi bagian yang tak terpisahkan,” tambah Arif Akhayat.
Dikatakan bahwa telah banyak literatur dan dokumentasi mencatat UGM sebagai universitas yang memiliki sumbangsih besar untuk bangsa dan negara. Sayang, pemahaman tersebut kini hanya diketahui secara parsial oleh orang-orang tertentu. Sementara itu, berbagai dokumentasi sumbangsih UGM melimpah, baik dalam pengabdian masyarakat, pendidikan, maupun akademik. Untuk itu, perlu kiranya diperkenalkan, dikelola, dan dibudidayakan supaya tetap terpelihara dan masyarakat dapat mengenal lebih dekat UGM melalui rekam jejak yang dimiliki.
Dikatakan Arif Akhyat bahwa kearsipan dan informasi yang bertebaran tentang UGM menjadi tidak akan “hidup†bila hanya disimpan dalam sebuah rak dan almari. Terbatasnya ruang untuk men-display sejarah perjuangan pendirian UGM, pemikiran tokoh UGM, dan prestasi-prestasi yang pernah diperoleh, membatasi orang untuk lebih bisa tahu tentang nilai-nilai UGM. “Nama besar tidak hanya ada dalam cerita. Namun, ia juga harus diwujudkan dalam suatu bentuk nyata,” kata Arif.
Untuk itu, penelitian yang dilakukan PSP UGM, yang notabene berasal dari Kluster Sosial-Humaniora, sangat mendesak untuk dilakukan. Hal itu disebabkan pada banyak perguruan tinggi lain di Indonesia telah banyak terjadi disorientasi nilai dan kehilangan pijakan filosofis. Banyak perguruan tinggi bahkan tidak tahu lagi esensi sebuah perguruan tinggi didirikan.
Oleh karena itu, penelitian ini berupaya memilah, menemukan nilai-nilai dan konten strategis apa saja yang penting dan berguna bagi media pembelajaran setiap insan manusia yang berkunjung dan ingin mengetahui UGM lebih dekat dan mendalam. “Grand design konten museum ke-UGM-an ini tentu menjadi titik pijak sebelum didirikan museum ke-UGM-an. Dengan harapan di masa mendatang visualisasi nilai-nilai sejarah perjuangan dan peran UGM menjadi media transformasi pembelajaran bagi civitas akademika dan masyarakat umum,” pungkas Arif. (Humas UGM/ Agung)