YOGYAKARTA-Semangat atau spirit harus tetap digelorakan. Hal itu yang harus ditekankan untuk dapat mengubah nasib dan karier seseorang. Demikian ditegaskan oleh CEO General Electric (GE) Indonesia, Dr. Handry Satriago, dalam forum Guest Lecture “Leadership and Globalizationâ€, yang digelar di Lt.5 MM UGM.
Dalam acara yang dihadiri ratusan mahasiswa MEP dan MM UGM tersebut, Handry memberikan pemahaman dan wawasan kepada mahasiswa tentang leadership untuk memimpin sebuah perusahaan serta keberhasilan GE Indonesia dan dunia dalam mengembangkan bisnis di berbagai sektor bidang energi, kesehatan, transportasi, dan infrastruktur.
Handry mencontohkan semangat tersebut ada pada dirinya selama ini. Pada usia 17 tahun, ia divonis menderita kanker kelenjar getang benih sehingga menyebabkan kelumpuhan. Akibat penyakit itu, Handry yang dulunya aktif dalam berbagai kegiatan, seperti teater hingga panjat tebing, sejak itu hanya menggunakan kursi roda. Diakui bahwa ia sempat putus asa sebelum akhirnya diyakinkan oleh orang tuanya untuk bangkit kembali. “Dulu, saya hanya bisa mengurung diri di kamar dan menyesali apa yang terjadi, tapi untunglah ayah memberikan dorongan sehingga saya kembali lagi menjalani hidup dengan semangat dan keceriaan,†kenang Handry, Jumat (12/8).
Handry mengatakan dengan selalu berpikir optimis dan mengapresiasi hidup, kehidupan juga dapat dijalani dengan lebih mudah dan menyenangkan. Di samping semangat, berani berbeda pendapat dan mempunyai pemikiran baru sangat mendukung terciptanya kesuksesan.
Handry menceritakan pertemuannya dengan CEO GE dunia yang waktu itu masih menekankan bahwa ‘Indonesia is the future market’. Waktu itu, hanya dirinya yang terang-terangan berani mempertanyakan visi yang sering disampaikan di berbagai kesempatan itu. Menurut Handry, visi tanpa ada usaha konkret tetap tidak akan membuahkan hasil. “Banyak yang berpikir setelah saya berani bertanya seperti itu, kapan saya akan dikeluarkan dari perusahaan. Tapi untunglah tidak dan nyatanya enam bulan kemudian saya jadi CEO GE Indonesia,†kisah Handry yang disambut tepuk tangan para mahasiswa.
Tidak itu saja, di hadapan mahasiswa, pria kelahiran Pekanbaru, 13 Juni 1969 ini juga mengatakan tidak selamanya menjadi anak buah/pengikut (followership) itu buruk. Menjadi seorang followership yang baik sangat mendukung kerja leader (pemimpin) untuk dapat memajukan perusahaan/organisasi. Teori atau konsep ini diakui Handry tidak segencar konsep tentang leadership.
Namun, menurut Handry, kedua hal itu saling berkaitan dan saling mendukung. “Perusahaan yang memperkenalkan followership kepada karyawan-karyawannya sejak awal dapat dipastikan akan menuai keuntungan yang sangat besar, baik secara material maupun immaterial. Di samping itu, dengan punya karyawan sebagai follower yang efektif juga akan menjaga perkembangan perusahaan pada saat ini dan di masa mendatang,†tuturnya.
Mengenai GE, Handry menyebutkan saat ini memiliki lebih dari 300.000 karyawan di 100 negara. GE masih berfokus pada pengembangan inovasi di bidang teknologi energi, kesehatan, transportasi, dan infrastruktur. GE adalah satu-satunya perusahaan yang tercatat di Dow Jones Industrial Index sejak indeks ini dimulai pada tahun 1896 hingga saat ini. (Humas UGM/Satria AN)