YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada (UGM) meluluskan 712 Ahli Madya, dengan waktu studi rata-rata 3 tahun 2 bulan. Waktu studi tersingkat diraih oleh Fajar Laksono dari Program Diploma Bahasa Korea yang berhasil menyelesaikan studi dalam waktu 2 tahun 8 bulan. Sementara itu, tercatat sebagai lulusan termuda ialah Muhammad Ali Rosid dari Program Diploma Teknik Mesin, yang berhasil lulus pada usia 19 tahun 1 bulan 5 hari.
Jumlah wisudawan yang berpredikat cumlaude pada periode ini sebanyak 86 orang atau 12,08% dari semua lulusan. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi dicapai Faradila Nur Agustina dari Program Diploma Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, yang lulus dengan nilai 3,92.
Dengan wisuda kali ini, sejak berdirinya Program Diploma UGM pada tahun 1983, UGM telah meluluskan 32.277 lulusan program Diploma. “Jumlah lulusan tersebut merupakan 14,27% dari total lulusan UGM, yaitu Program Diploma, Sarjana 62,37% ,dan Pascasarjana 23,33%,†kata Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) UGM, Prof. Dr. Retno Sunarminingsih, M.Sc., Apt., dalam pidato sambutan wisuda yang berlangsung di Grha Sabha Pramana, Jumat (19/8).
Retno menuturkan program pendidikan diploma adalah program vokasional yang bertujuan untuk mencetak lulusan profesional yang siap terjun langsung di dunia kerja. Lulusan diploma merupakan angkatan kerja yang diharapkan mendukung kinerja dan keberhasilan seluruh sektor riil, baik sektor jasa maupun produksi, seperti keuangan, pangan, kesehatan dan obat-obatan, infrastruktur, otomatif atau transfortasi, agroindustri, pariwisata, geo-informatika , juga sektor-sektor lain.
Oleh karena itu, kemampuan, jenis kompetensi, dan ketersediaan lulusan program diploma dalam jumlah banyak sangat diperlukan, khususnya untuk negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, untuk berubah menjadi negara maju. “Makin maju sebuah negara, maka makin membutuhkan banyak lulusan program diploma yang berkualitas dan dengan jenis kompetensi yang tepat,†katanya.
Sejak 2008, UGM memisahkan program diploma dari fakultas untuk menjadi bagian dari sekolah vokasi yang setara dengan politeknik agar lebih mandiri dan profesional. Untuk meningkatkan kemandirian dan penjaminam mutu pendidikan program diploma, dilakukan melalui penyediaan kampus terpisah, SDM mandiri, sarana dan prasarana praktik, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan mitra, serta peningkatan mutu pendidikan melalui penyempurnaan kurikulum yang lebih profesional baik secara nasional maupun internasional.
Kepada para wisudawan, Retno berpesan agar mampu menunjukkan performa dengan kualitas tinggi untuk berkontribusi menumbuhkan produksi sektor riil negara. “Jika Saudara mampu mendorong semua proses pada sektor riil menjadi lebih efisien, efektif, dan berkualitas, maka potensi perusahaan di tempat Saudara bekerja pada gilirannya akan mampu mengendalikan pasar, termasuk kemampuannya untuk menembus pasar internasional,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)