• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Tari Kebyar, Counter Culture Masyarakat Bali

Tari Kebyar, Counter Culture Masyarakat Bali

  • 23 Agustus 2011, 12:16 WIB
  • Oleh: Agung
  • 11077
  • PDF Version
Tari Kebyar, Counter Culture Masyarakat Bali

Dalam kurun waktu hampir seratus tahun terakhir, berbagai bentuk dan genre seni pertunjukan di Bali tumbuh dan berkembang begitu pesat dan ekstensif. Pada awalnya, pertumbuhan berbagai genre seni ini dimotivasi oleh munculnya upaya pembaruan dalam garap tabuh pada dekade kedua abad XX di Bali Utara, berupa tabuh Kebyar. "Komposisi tabuh Kebyar ini merupakan perpaduan antara melodi gending-gending kuno dengan gending-gending baru yang tersusun dalam suatu permainan yang sangat variatif dan dinamis, berupa penggunaan jenis barungan gamelan gong kebyar yang berlaras pelog saih lima," ujar Bambang Pudjasworo di Sekolah Pascasarjana UGM belum lama ini.

Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini mengatakan hal tersebut saat menempuh ujian terbuka program doktor UGM. Dalam disertasi 'Tari Kebyar dalam Perkembangan Politik, Sosial, Ekonomi, dan Budaya di Bali Abad XX', promovendus mengungkapkan kehadiran genre tabuh baru ini pada akhirnya berhasil menggugah semangat kreatif para seniman seni pertunjukan di Bali. Di antara mereka tercatat nama I Wayan Peraupan yang dikenal dengan nama I Wayan Wandres atau Pan Wandres, seorang seniman tari dari Desa Jagaraga, Buleleng. "Ia dianggap sebagai pencipta tari Kebyar pertama kali, dengan hasil karyanya tari Kebyar Legong," tutur Bambang.

Selain itu, dikenal pula I Ketut Maria atau I Mario, seorang seniman tari dari Tabanan. Ia menawarkan hasil interprestasi kreatif tari Kebyar Duduk dan Kebyar Terompong, Capung Manjus, dan Oleg Tambulilingan. Berikutnya, I Gde Manik, seorang seniman tari dan ahli tabuh dari Jagaraga (Bali Utara). Selain mencipta tari Palawakya, ia secara kreatif menyempurnakan koreografi karya I Wayan Wandres untuk selanjutnya digubah menjadi tari Taruna Jaya. Ada pula I Nyoman Kaler, seorang pelatih tari Legong dan ahli tabuh terkenal dari Banjar Kelandis, Denpasar. Ia menciptakan beberapa tarian Kebyar, antara lain Mergapati, Wiranata, Candrametu dan Panji Semirang.

Selanjutnya, I Wayan Beratha, yang dikenal sebagai seniman tari dan ahli tabuh dari Sumerta, Denpasar. I Wayan Beratha berhasil menciptakan gending Kebyar, tari Tani, dan berbagai macam bentuk sendratari. "Semenjak saat itulah istilah Kebyar atau Kekebyaran dipakai untuk memberi nama pada ansambel baru dan tari kreasi baru dalam kesenian Bali karena memiliki ciri karakteristik serba rumit, keras, menghentak, tajam, dan dinamis. Kedua jenis kesenian, baik tabuh maupun tari, menekankan pada pengungkapan emosi yang meluap-luap dan aksi dramatis yang menakjubkan," kata Bambang.

Perkembangan genre tabuh dan tari Kebyar pada abad XX, dalam pandangan Bambang Pudjasworo, dipengaruhi oleh berbagai persoalan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Pengaruh yang dimaksud, antara lain, datang dari kebijakan politik kebudayaan kolonial yang disebut Baliseering, berupa perjuangan kelas sosial di Bali, gerakan pendidikan, gerakan sosial perempuan, diplomasi kebudayaan model Sukarno, propaganda politik yang dilakukan LEKRA dan LKN, perkembangan industri budaya dan pariwisata di Bali. "Dan tentu saja strategi kebudayaan pemerintah melalui festival-festival kesenian, khususnya Pekan Kesenian Bali," jelasnya.

Melalui pendekatan etnokoreologi, Bambang mengatakan sebagai genre baru, kehadiran tari dan tabuh Kebyar dalam kesenian Bali menunjukkan fakta bahwa tabuh Kebyar merupakan ekspresi budaya rakyat Bali Utara yang terjajah. Sebagai kelompok yang tertindas, masyarakat Bali Utara memanfaatkan Kebyar sebagai simbol gerakan budaya dalam menemukan identitas diri dan mencari alternatif kehidupan masyarakat yang lebih baik. "Sebagai ekspresi budaya, Kebyar merupakan counter culture, yaitu suatu bentuk perlawanan yang dilakukan secara simbolik masyarakat Bali Utara terhadap tatanan sosial, budaya, dan ideologi politik kolonial Belanda," terangnya. (Humas UGM/ Agung)

Berita Terkait

  • Raih Doktor Usai Teliti Tari Legong Keraton di Bali

    Thursday,21 July 2011 - 13:22
  • KMHD UGM Kampanyekan Cinta Tari Pendet

    Monday,31 August 2009 - 9:01
  • Festival Tari Bali UGM 2015

    Wednesday,27 May 2015 - 8:14
  • Suasthi Widjaja : Gambuh Sebagai Sumber Tari dan Dramatari di Bali

    Friday,25 January 2008 - 14:54
  • Festival Nusantara: Mengembalikan Antusiasme Remaja Terhadap Kearifan Lokal

    Monday,05 September 2016 - 9:13

Rilis Berita

  • Menristek Sebut GeNose Kurangi Ketergantungan Impor Alat PCR Covid-19 15 January 2021
    Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjon
    Ika
  • Fapet UGM dan BNI Serahkan Dana Prawiramas kepada Mahasiswa 15 January 2021
    Fakultas Peternakan (Fapet) UGM dan Bank BNI bekerja sama dalam kegiatan kewirausahaan yang berju
    Satria
  • Pakar UGM Jelaskan Alasan Orang Yang Pernah Terinfeksi Covid-19 Tidak Divaksin 15 January 2021
    Ahli Imunologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Deshinta Putri Mulya, M.Sc., Sp.PD, KAI(
    Ika
  • Mengelola Stres di Era Pandemi Covid-19 15 January 2021
    Permasalahan manusia semakin lama semakin banyak dan kompleks. Terlebih di era global yang serba
    Agung
  • Orang Yang Sudah Divaksin Miliki Risiko Rendah Terkena Covid-19 14 January 2021
    Pemerintah Indonesia telah memulai program vaksinasi untuk menekan penyebaran penularan Covid-19
    Gusti

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

Tidak ada agenda terbaru saat ini

Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
Kontak sementara selama COVID-19
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599 (WhatsApp)

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2021 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual