YOGYAKARTA – Pengelola asrama mahasiswa UGM kembali mengadakan pelatihan softskill bagi para mahasiswa baru yang akan tinggal selama satu tahun di asrama. Mereka akan mendapatkan berbagai materi pengembangan kepribadian yang disampaikan oleh pemateri dari dalam dan luar UGM. Beberapa materi yang disampaikan, antara lain, tentang nilai-nilai kegadjahmadaan, how to have great dream, self confidence, kunci sukses, dan how to self yourself. Berikutnya, materi mengenai komunikasi efektif, creative and positive thinking, to be productive leader. Selanjutnya, efektif berorganisasi, action oriented, how to be student enterpreneur, dan action plan.
Boyke R. Purnomo, Ketua Pengelola Asrama Mahasiswa UGM, mengatakan pelatihan pengembangan kepribadian ini dilakukan untuk menambah keterampilan pendukung bagi mahasiswa UGM. Dengan begitu, setelah lulus kuliah, mereka diharapkan memiliki karakter dan kepribadian yang luhur dan kemampuan sebagai calon pemimpin. “Untuk menjadi pemimpin yang berhasil, ilmu bersifat teknis saja tidak cukup, perlu keterampilan pendukung,†kata Boyke saat membuka kegiatan pelatihan di Asrama Dharmaputra, Sabtu sore (17/9).
Boyke menyebutkan dalam sebulan dapat dilakukan 2-4 kali pelatihan. Kegiatan tersebut wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa di asrama UGM. “Memang kesannya sedikit memaksa, tapi hal baru jika dilakukan terus-menerus maka akan jadi terbiasa,†tambah Boyke.
Drs. Heri Santoso, M.Hum., peneliti pada Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM, saat memberikan materi tentang filosofi dan nilai-nilai luhur UGM menuturkan sejarah didirikannya kampus UGM, yang dahulu sebagai sarana perjuangan dengan ilmu untuk melawan penjajahan kebodohan dan ketertinggalan. Dalam perjalanannya, UGM dikenal sebagai universitas kerakyatan karena berorientasi kepada kepentingan rakyat. “Masyarakat sering menyebut sebagai universitas ‘ndeso’ karena dahulu kebanyakan mahasiswa UGM berasal dari desa dan UGM menunjukkan kepedulian yang besar terhadap masyarakat pedesaan,†katanya. Menurut Heri, sebagai wujud komitmen kerakyatan dan ‘ndeso’ ini terbukti UGM menjadi perintis program kuliah kerja nyata di pedesaan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)