YOGYAKARTA – Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) sekaligus Dekan Fakultas Teknik UGM, Dr. Ir. Tumiran, M.Eng., mendesak pemerintah untuk memangkas dana alokasi subsidi BBM dan listrik yang diperkirakan mencapai 200 triliun di tahun 2012. Menurut Tumiran, subsidi tersebut lebih banyak yang tidak tepat sasaran karena dimanfaatkan untuk keperluan konsumtif masyarakat kaya dan mampu. “Secara bertahap harus dikurangi. Seharusnya keluarga yang mampu disuruh berhemat,†kata Tumiran kepada wartawan di sela-sela acara Workshop on Development of New and Renewable Energy, yang dilaksanakan di Ruang Sidang Plaza KPTU Fakultas Teknik, Rabu (21/9).
Selain dapat menghemat anggaran APBN, pengurangan dana subsidi juga dapat dialokasikan untuk melaksanakan program pemerintah yang lain, seperti percepatan pembangunan infrastruktur jalan dan listrik yang mampu menggerakkan roda perekonomian dan penyerapan ribuan tenaga kerja. Di samping itu, dana tersebut dapat dialokasikan untuk membantu program pengembangan energi terbarukan. “Karena untuk program pengembangan energi terbarukan kita masih kalah jauh,†ujarnya.
Program pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia, menurut Tumiran, harus didukung oleh pemerintah dan DPR terkait dengan kebijakan, pengaturan harga, aspek sosial, dan politik. Pasalnya, untuk pengembangan energi terbarukan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, pembangunan dan pemanfaatan energi terbarukan tidak lagi menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah. “Daerah harus juga peduli dengan masalah energi,†ujarnya.
Tumiran mengakui pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih sangat minim. Padahal, pemerintah berencana untuk mencapai target kontribusi energi baru dan terbarukan menjadi 25% dari total kebutuhan energi di tahun 2025 dan 40% di tahun 2050. Sejumlah tantangan masih dihadapi untuk mewujudkan target ini, terutama dalam hal teknologi dan lingkungan.
Menurut Tumiran, Indonesia perlu belajar dari negara-negara lain yang sudah lebih maju dalam pemanfaatkan energi baru dan terbarukan, salah satunya Swedia. “Saat ini, produksi energi listrik di Swedia sudah mencapai 50 % berasal dari energi terbarukan, seperti tenaga air, biomassa, dan sampah organik kota dan tenaga angin,†katanya.
Tumiran menjelaskan Fakultas Teknik UGM kini tengah menggandeng Swedia dalam penelitian dan pengembangan energi baru dan terbarukan. Salah satu bentuk kerja sama yang dilakukan adalah pemanfaatan sampah buah busuk di pasar Gamping untuk diubah menjadi listrik. Pemanfaatan energi terbarukan di tempat tersebut sudah diinisiasi FT UGM dan Universitas Boras Swedia, Pemkab Sleman, serta Pemerintah Kota Boras. (Humas UGM/Gusti Grehenson)