Venezuela selalu menjadi negara yang menarik perhatian banyak orang. Di Indonesia, negara ini terkenal karena sejumlah telenovela yang banyak ditayangkan stasiun televisi swasta pada dekade 90-an. Selain telenovela, Venezuela dikenal karena kiprah Hugo Chaves, sang presiden, yang populer karena pernyataan-pernyataannya yang anti Amerika Serikat, sebuah paradoks di tengah komunitas internasional yang serempak mengakui hegemoni Amerika Serikat dan berlomba-lomba untuk menjalin hubungan dengan negara adidaya itu.
Namun, Venezuela tak hanya melulu diindentikkan dengan telenovela yang dramatis, Miss Universe yang seksi, atau Hugo Chavez yang revolusioner. “Ketiga hal tersebut hanyalah stereotipe yang kita berikan karena kita belum pernah mengenal Venezuela secara lebih mendalam dari berbagai sisi,†kata Drs. Riza Noer Arfani, M.A., Koordinator Sociedad Indonesia para America Latina (SIpAL) Fisipol UGM.
Dituturkan Riza, dengan semangat mengenal lebih dalam itulah SIpAL bekerja sama dengan Kedutaan Besar Venezuela merancang sebuah rangkaian pemutaran film dan diskusi yang terbuka untuk publik bertajuk SIpAL’s 1st Latin America Film Festival: VENEZUELA THROUGH CINEMA. Acara digelar selama tiga hari, 13-15 April 2011, mulai pukul 13.30, bertempat di Ruang Seminar Perpustakaan Unit I UGM lantai 2.
Pada hari pertama, Rabu (13/4) diputar film Tocar y Luchar (2006, Alberto Avelo), sebuah film dokumenter mengenai proyek sosial paling penting dalam dekade terakhir. Film ini bercerita tentang mimpi lebih dari 200 anak-anak dan remaja di Venezuela serta di negara Amerika Latin lainnya untuk bermain musik.
Selanjutnya pada Kamis, (14/4) ditayangkan film South of the Border (2008, Oliver Stone), yang merupakan film tentang revolusi sedang terjadi di Amerika Latin. Film ini bercerita tentang perjalanan Oliver Stone mengelilingi lima negara di Amerika Selatan untuk mempelajari pergerakan politik dan sosial yang sedang terjadi, sekaligus membuktikan miss persepsi media massa di Amerika Serikat tentang negara-negara tersebut.
Terakhir, pada Jumat (15/4), diputar film Miranda Regresa (2007, Luis Alberto Lamata), film tentang Fransisco de Miranda, seorang pejuang kemerdekaan Venezuela yang hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak orang di Venezuela hingga saat ini. (Humas UGM/Ika)