Perilaku kewargaorganisasian merupakan mediator penting dalam hubungan antara kepemimpinan spiritual, budaya organisasi terbuka, dan iklim spiritualitas kerja serta kinerja. Perilaku ini dapat dikembangkan dengan cara memperkuat kepemimpinan spiritual yang membangun budaya organisasi terbuka dan iklim spiritualitas kerja. Kepemimpinan spiritual merupakan bentuk kepemimpinan yang etis dan bersifat universal.
Hal tersebut dikemukakan oleh Dra. Nilam Widyarini, M.Si., saat melaksanakan ujian terbuka Program Doktor, Jumat (14/10), di Fakultas Psikologi UGM. Dalam kesempatan itu, Nilam mempertahankan disertasi berjudul “Perilaku Kewargaorganisasian dan Kinerja dalam Tugas dengan Prediktor Kepemimpinan Spiritual, Iklim Spiritualitas Kerja, dan Budaya Organisasi Terbuka”.
Staf pengajar Universitas Gunadarma ini menyebutkan kepemimpinan spiritual yang dikembangkan berpegang teguh pada nilai-nilai spiritual pada fungsi kepemimpinan spiritual. Pengembangannya dapat ditingkatkan secara efektif melalui coaching khusus untuk level manajemen yang difasilitasi oleh profesional serta memiliki kepedulian tinggi dalam hal kepemimpinan spiritual. “Mengingat sifat etis dan universal dari kepemimpinan spiritual, maka kepemimpinan spiritual perlu dikembangkan dalam organisasi bisnis serta dalam organisasi yang lain dan untuk bisa menjadi pemimpin yang mampu mengembangkan kemampuan spiritual, seseorang perlu terlebih dulu menggali dan mengaktualisasikan nilai-nilai pribadinya yang etis dan universal sehingga mampu membangkitkan spirit orang-orang yang dipimpin,†jelas wanita kelahiran Solo, 27 Agustus 1962 ini.
Lebih lanjut disampaikan Nilam, dalam dunia bisnis, terutama pada perusahaan yang berorientasi terhadap pencapaian keuntungan, seringkali mengabaikan kenyataan adanya kaitan erat antara kinerja perusahaan dengan individu karyawan. Perusahaan yang dikelola dengan pandangan seperti itu cenderung mudah ditinggalkan. “Perusahaan seringkali tidak menyadari bahwa untuk mengembangkan kinerja karyawan diperlukan praktik pengelolaan sumber daya manusia secara etis,†kata Nilam.
Mengutip Hoftman dkk. (2006), Nilam menuturkan perilaku kewargaorganisasian terbukti berpengaruh kuat terhadap kinerja dalam menjalankan tugas. Dari sejumlah kondisi, kepemimpinan merupakan salah satu hal yang banyak diakui menentukan kinerja. “Untuk menghasilkan perilaku etis karyawan, tentunya juga diperlukan kepemimpinan yang etis,†terangnya. (Humas UGM/Ika)