• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Ironis, Indonesia Masih Harus Impor Garam

Ironis, Indonesia Masih Harus Impor Garam

  • 17 Oktober 2011, 15:09 WIB
  • Oleh: Ika
  • 7764
Ironis, Indonesia Masih Harus Impor Garam

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil garam di dunia. Namun sayang, meskipun memiliki potensi yang cukup besar sebagai produsen garam, Indonesia masih harus mengimpor komoditas ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. “Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki panjang pesisir hampir 90.000 km yang cukup berpotensi dalam menghasilkan bahan baku garam. Namun, cukup disayangkan kita masih harus mengimpor sekitar 70% garam dapur atau setara 1,63 juta ton untuk memenuhi kebutuhan garam dalam negeri,” kata Guru Besar Sosek Agroindustri Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Prof. Mochammad Maksum Machfoedz, Senin (17/10), di Ruang Multimedia Kantor Pusat UGM dalam Seminar Ketahanan Pangan.

Data Departemen Perindustrian dan Perdagangan tahun 2003 mencatat kebutuhan garam nasional mencapai 855.000–950.000 ton untuk kebutuhan konsumsi dan 1.150.000–1.345.000 ton untuk kebutuhan industri. Produksi garam hanya mampu menghasilkan 307.000 ton/tahun, sedangkan industri garam rakyat hanya berkisar 1.022.000 ton.

Maksum menyebutkan Indonesia saat ini tengah terperosok dalam jebakan pangan impor. Selain garam, Indonesia juga masih harus mengimpor sejumlah kebutuhan pangan, antara lain 100% kebutuhan anak ayam umur sehari (day old chicken/DOC), 35% daging beku dan bakalan, 90% bawang putih, dan 605 kedelai. “Memang banyak ekonom yang menyatakan tidak masalah dengan impor ini. Namun, sekali lagi saat berkenaan dengan komoditas startegis dan hajat hidup 240 juta jiwa, keputusan ekspor-impor mestinya tidak hanya berbasis tata niaga dan finansial. Urusan ini harusnya dipandang sebagai urusan ekonomi politik, hak asasi dan keadilan karena implikasi sosial politiknya yang sangat luas,” tutur peneliti Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM ini.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ali Agus, menuturkan Indonesia perlu berjihad dalam melepaskan belenggu ketergantungan pangan dari negara lain. Arena berjihad yang bisa digarap meliputi politik pangan nasional (beras vs nonberas; lokal vs impor), politik agrarian dengan penguasaan lahan oleh petani dan politik berpihak ‘pro produsen vs pro konsumen’. Selanjutnya, dalam bidang pertanian meliputi kemandirian bibit vs monopoli supplier bibit, kemandirian pupuk (kimia vs organic), dan kemandirian sarana produksi, yang meliputi irigasi dan transportasi. Terakhir adalah di area konsumen dengan memberikan pendidikan bagi konsumen (nasionalisme) dan berperilaku memihak (lokal vs impor). (Humas UGM/Ika)

Berita Terkait

  • Fadel Muhammad: Indonesia Mampu Mencukupi Kebutuhan Garam Dalam Negeri

    Monday,26 September 2011 - 12:56
  • Peneliti Ekonomi Kerakyatan UGM Mengkritisi Rencana Kebijakan Impor Garam

    Monday,15 March 2021 - 23:36
  • Kebijakan Impor Garam Harus Bisa Akomdasi Kepentingan Masyarakat

    Thursday,28 February 2013 - 9:43
  • Problematika Garam Nasional

    Wednesday,23 June 2021 - 6:38
  • Fakultas Agrokompleks UGM Canangkan Gerakan Kedaulatan Pangan

    Wednesday,16 October 2013 - 15:20

Rilis Berita

  • Pukat UGM Sesalkan Kemunduran Pemberantasan Korupsi di Indonesia 08 February 2023
    Peneliti Pusat Kajian AntiKorupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yuris Rezha Kur
    Gusti
  • Belajar dari Gempa Turki, Masyarakat Perlu Memiliki Rencana Evakuasi Mandiri 07 February 2023
    Bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Selasa (6/2) kemarin.
    Gusti
  • Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok 07 February 2023
    Aplikasi layanan ramah disabilitas buatan mahasiswa penyandang disabilitas daksa dari Departemen
    Ika
  • SPs UGM Lakukan Pengabdian di KHDTK Getas Blora 07 February 2023
    Sekolah Pascasarjana UGM (SPs) mengadakan serangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Belu
    Agung
  • Cegah Diabetes Pada Anak Dengan Membatasi Makanan Manis dan Lakukan Aktivitas Fisik 06 February 2023
    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat kasus diabetes pada anak meningkat signifikan pada t
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual