YOGYAKARTA-Keberadaan remaja menjadi fokus perhatian utama pada forum The 6th Asia Pacific Conference on Reproductive and Sexual Health and Rights (APCSRHR) dengan tema Claiming Sexual and ReproductiveRights in Asian and Pacific Societies yang dipusatkan di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM, 19-22 Oktober 2011. Apalagi dari sekitar seribuan peserta yang ikut serta dalam acara tersebut didominasi oleh kalangan remaja.
Menurut Ketua APCSRHR, Prof. Dr. Muhadjir Darwin, MPA, remaja merupakan pihak yang banyak mengalami persoalan terkait masalah kesehatan reproduksi dan seksual. Ia mencontohkan tentang munculnya penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, kehamilan tidak dikehendaki, aborsi, kekerasan, hingga minuman keras.
“Remaja dan juga anak-anak bukan di luar masalah tetapi mereka juga menghadapi masalah. Sayangnya beberapa masalah yang dihadapi ini banyak yang diabaikan,â€papar Muhadjir usai pembukaan Youth Forum pada rangkaian APCSRHR
Sayangnya, kata Muhadjir, dengan adanya beberapa permasalahan tersebut kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak secara riil dan mengakar mampu memecahkannya. Selain persoalan tersebut, Muhadjir Darwin juga menilai keberadaan remaja termasuk yang berada di kawasan Asia Pasifik sejauh ini masih menjadi obyek dan bukan subyek. Padahal remaja maupun anak-anak di seluruh dunia memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat maupun kepentingannya.
“Nah, maka salah satu tujuan konferensi ini adalah agar berbagai persoalan remaja bisa dicarikan solusi, serta ada pengakuan hak dan kesempatan yang sama pada mereka,â€urai Muhadjir.
Sementara itu Duta Besar Belanda untuk SRHR dan HIV, Marijke Wijnsroks mengatakan bahwa forum APCSRHR ini cukup penting mengingat kasus-kasus kesehatan reproduksi dan seksual yang melibatkan generasi muda serta remaja seperti HIV/AIDS. Seiring dengan perkembangan masyarakat, nilai, dan norma yang juga ikut berubah maka peran serta remaja untuk mendorong adanya perubahan maupun mengakomodasi kepentingan mereka semakin diperlukan.
“Kita berharap para remaja terutama di kawasan Asia Pasifik ini bisa menjembatani penyelesaian berbagai persoalan tentang kesehatan reproduksi dan seksual maupun pandangan konservatif terkait itu,â€tegas Marijke.
Di tempat sama, Syefa Amhed, perwakilan remaja asal Bangladesh pada forum itu mengemukakan pentingnya tiga hal tentang remaja, yaitu kurikulum yang memungkinkan banyak warga bisa belajar kesehatan reproduksi dan seksual, program ramah remaja, dan keberagaman anak muda.
Syefa mengatakan terkait persoalan kesehatan reproduksi dan seksual remaja yang dibutuhkan sebenarnya bukan klinik-klinik kesehatan baru, tetapi adanya jam-jam tertentu bagi remaja dan generasi muda untuk bisa mengemukakan persoalan yang dihadapi.
“Tentu anak muda dan remaja ini punya keunikan tersendiri persoalan yang dihadapi sehingga adanya jam-jam tertentu untuk mereka dari pelayanan jasa kesehatan sangat dibutuhkan,â€kata Syefa.
Wakil Tetap Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, yang juga Ketua Committee on Population and Development (CPD), Hasan Kleib berharap dari forum APCSRHR tersebut bisa menjadi bahan pada pertemuan CPD bulan April 2012 mendatang yang juga tidak jauh akan membahas keberadaan remaja dan generasi muda (Humas UGM/Satria AN)