Pada awalnya, perajin keramik desa Kasongan melakukan kegiatan untuk membuat barang-barang gerabah yang berfungsi untuk memenuhi keperluan rumah tangga sehari-hari. Perkembangan selanjutnya, sebagai akibat pengaruh eksternal dan internal, maka terjadi perubahan dari pembuatan gerabah untuk keperluan rumah tangga sehari-hari berkembang menjadi cinderamata yang berciri khas untuk mmenuhi kebutuhan wisatawan.
Menurut Drs Timbul Raharjo MHum perubahan mendasar produk seni kerajinan keramik Kasongan itu terletak pada pola dekorasi berupa teknik tempel yang berkembang cukup pesat. Teknik tempel ini adalah teknik menghias badan keramik dengan cara tanah liat dipilin kemudian ditempel satu per satu pada badan keramik sehingga terlihat unik dan ngremit.
Teknik tempel ini, katanya, jarang dilakukan pada sentra seni kerajinan keramik di tempat lain. Teknik ini memberikan daya tarik tersendiri, karena memiliki karakter produk yang spesifik dari hasil proses dekorasi.
“Teknik tempel menjadi trade mark produk seni kerajinan keramik Kasongan. Fakta inilah yang menyebabkan produk seni kerajinan keramik Kasongan dikenal oleh masyarakat konsumen di berbagai penjuru dunia,” ujat Timbul, Senin (21/7) di ruang seminar Sekolah Pascasarjana UGM.
Dosen Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta menyampaikan hal itu saat melaksanakan ujian terbuka program doktor Ilmu Antar Bidang Pengkajian Seni Pertunjukkan dan seni Rupa UGM. Promovendus mempertahankan desertasi “Seni Kerajinan Keramik Kasongan Yogyakarta di Era Globalisasi : Perjalanan Dari Dusun Gerabah Menjadi Sentra Seni Kerajinan Keramik Yang Mendunia” dengan bertindak selaku promotor Prof Dr RM Soedarsono dan ko-promotor Prof Drs SP Gustami SU.
Dikatakan, meski terdapat kecenderungan global, seperti membanjirnya produk sejenis asal Cina yang memasuki pasaran Indonesia, namun barang-barang impor tersebut belum mampu menyaingi produk seni kerajinan keramik Kasongan.Produk seni kerajinan keramik Kasongan memiliki gaya seni yang khas, yang tidak dibuat di tempat lain.
“Uniknya pembeli dari luar negeri selain menyukai produk keramik dengan desain lokal, juga memesan produk keramik sesuai dengan selera mereka. Bahkan diantara mereka membawa contoh desain produk dari negeri asalnya yang memiliki nilai jual seperti patung Budha, patung tentara Cina, guci, pot dan sebagainya,” jelasnya.
Lebih lanjut Timbul mengungkapkan seni kerajinan keramik Kasongan memiliki kemampuan dan prospek yang signifikan untuk bersaing di era globalisasi. Dampak globalisasi terhadap kehidupan sosial masyarakat desa Kasongan meliputi pola tingkah laku, kehidupan keluarga, pendidikan, tatanan sosial dan penglaris.
“Dampak positif dan negatif tentu ada, namun yang jelas masyarakat Kasongan sadar mereka hidup sangat terkait dengan perdagangan global. Dampak terhadap produk seni kerajinan keramik meliputi desain, teknologi, dan pasar. Fiperoleh hasil bahwa desain dan pasar selalu berjalan seiring dan seimbang,” ungkap Timbul yang dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude dan menjadi doktor ke-962 yang diluluskan UGM. (Humas UGM)