YOGYAKARTA – Musim kemarau yang berkepanjangan dalam beberapa bulan terakhir telah menyebabkan ternak sapi mendadak ambruk, yang ditemukan di beberapa daerah di Pulau Jawa. Staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, drh. Surya Agus Prihatna, M.P., meyakini sapi-sapi tersebut mengalami kekurangan nutrisi. Ia menengarai sekitar 10-15 persen kasus sapi ambruk terjadi di tiap daerah. “Kita perkirakan sekitar 10-15 persen sapi ambruk,†kata drh. Surya Agus Prihatna, M.P. yang ditemui di sela-sela Workshop Gangguan Reproduksi dan Sektio Caesaria pada Sapi, yang digelar di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi, Selasa (25/10).
Berdasarkan hasil pantauannya, beberapa daerah yang banyak mengalami kasus sapi ambruk ialah Bantul, Sleman, Blora, dan Wonogiri. Salah satu gejala sapi ambruk adalah sapi tidak mampu berdiri lagi dan selalu merebahkan tubuhnya. Selain itu, terjadi penurunan berat badan yang cukup drastis. “Peternak langsung menjual sapinya dengan harga murah,†katanya.
Selain karena faktor kesulitan pakan, rendahnya harga jual sapi di pasaran juga menjadi alasan peternak enggan mencari pakan berkualitas bagi ternak sapinya. Bisa jadi, biaya pembelian pakan sudah tidak sepadan dengan harga jual sapi hidup.
Ia pun mengusulkan kepada pemerintah untuk membantu peternak dengan menyediakan bantuan pakan, terutama hijauan. Pasalnya, sulitnya sumber pakan hijauan juga mendorong peternak menggunakan pakan seadanya. Padahal, pakan tersebut berisiko terkontaminasi sumber penyakit. “Saya menemukan 10 sapi yang inbreeding, sekitar 60 persen kena jamur aspergillus. Itu semua karena pakan,†imbuhnya. Karena terinfeksi jamur tersebut, besar kemungkinan sapi mengalami abortus.
Direktur RSH Prof. Soeparwi FKH UGM, Prof. Dr. drh. Ida Tjahajati, M.S., menuturkan banyak ditemukan kasus gangguan reproduksi sapi di lapangan akibat masalah pakan sehingga menyebabkan kematian pedet atau bahkan dengan induknya. “Tentu saja ini sangat merugikan peternak,†ujarnya.
Untuk mengatasi kasus sapi ambruk dan gangguan reproduksi pada sapi, pihaknya menggelar workshop dengan menghadirkan para praktisi dokter hewan dari berbagai daerah untuk membantu mengatasi gangguan reproduksi pada sapi. Beberapa dokter hewan yang diundang berasal dari DIY, Magelang, Semarang, Demak, Wonogiri, Klaten, Banjarnegara, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Riau. (Humas UGM/Gusti Grehenson)