YOGYAKARTA-Potensi terjadinya bencana alam di Indonesia, seperti erupsi gunung berapi, banjir, gempa bumi, hingga tanah longsor, sampai saat ini masih mengancam. Agar tidak banyak menimbulkan korban jiwa, salah satu upaya yang dilakukan ialah kampanye tentang pentingnya pengurangan resiko bencana melalui peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat. Hal ini pulalah yang mendasari dilaksanakan Training of Trainers (ToT) bagi para perencana pembangunan di daerah oleh Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM bekerja sama dengan Pusbindiklatren Bappenas.
Menurut koordinator kegiatan, Prof. Dr. Sudibyakto, M.S., peserta ToT terdiri atas staf Bappeda, BPBD, serta perguruan tinggi yang wilayahnya tergolong rawan bencana. Kegiatan diadakan di UGM dan Ritzumeikan University, Jepang. “Selama 12 hari di UGM dan nanti bulan November juga akan dilangsungkan di Jepang,†ujar Sudibyakto, Rabu (26/10).
Sudibyakto mengatakan salah satu kegiatan dalam ToT ialah field trip dengan tema Zero Risk for Better Future Trough Risk Reduction Campaign. Kegiatan dalam field trip ini adalah field exercise (hazards, vulnerability, and risk assessment, damage and loss assessment, and risk management). Field exercise diikuti oleh 25 orang peserta dari Bappenas, BNPB, Kementerian Kehutanan, Bappeda Aceh, Bappeda Gorontalo, Bappeda Nusa Tenggara Timur, Bappeda Klaten, Bappeda Bengkulu, Bappeda Padang, Bappeda Jawa Tengah, Bappeda Sulawesi Utara, Universitas Syah Kuala Aceh, Universitas Hasanudin Makasar, Universitas Padjajaran Bandung, dan Universitas Indonesia.
Field Trip Risk Reduction Campaign ini dipandu oleh narasumber dari BPPTK (Dra. Sri Sumarti: Kepala Seksi Merapi) dan Prof. Dr. Sudibyakto, M.S. (Dewan Pengarah BNPB).
Diharapkan agar para perencana pembangunan di daerah tersebut dapat memahami tentang pengintegrasian konsep pengurangan risiko bencana ke dalam berbagai kegiatan pembangunan di daerah, penguatan kelembagaan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), dan kemampuan melakukan analisis risiko bencana. “Selain itu, juga analisis perkiraan kerusakan dan kehilangan (damage and loss assessment) serta managing emergency dan perencanaan tata ruang berbasis risiko bencana menjadi modul dasar,†tambahnya.
Sementara itu, Kepala Pusbindiklatren Bappenas, Ir. Yahya Rachmana Hidayat, M.Sc., Ph.D., dalam ToT ini mengatakan kegiatan ini memberikan berbagai aspek manajemen kebijakan publik dalam mitigasi bencana, membangun sistem terintegrasi untuk manajemen risiko bencana, baik di tingkat nasional maupun regional; meningkatkan kemampuan peserta untuk dapat mengajarpelatihan serupa di instansi/daerah masing-masing. “Kita juga berharap melalui kegiatan tersebut bisa meningkatkan perencanaan mitigasi bencana, dan merevisi kurikulum pelatihan mitigasi bencana nantinya,â€tambah Yahya.
Nantinya, setelah selesai mengikuti ToT tahap II di Jepang akan diadakan workshop di Jakarta dalam rangka lebih memantapkan kurikulum dan metode pembelajaran diklat serupa bagi perencana di daerah. (Humas UGM/Satria AN)