• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Krisis Pangan dan Bahaya Kelaparan Ancam Dunia

Krisis Pangan dan Bahaya Kelaparan Ancam Dunia

  • 03 November 2011, 18:27 WIB
  • Oleh: Satria
  • 16544
Krisis Pangan dan Bahaya Kelaparan Ancam Dunia

YOGYAKARTA-Krisis pangan dan bahaya kelaparan sedang membayangi dunia. Jumlah kasus kekurangan pangan dan kelaparan tahun ini paling tinggi sejak tahun 1970-an. FAO-UN (2009) memperkirakan sekitar 1,02 milyar jiwa di seluruh dunia saat ini sedang mengalami kekurangan pangan dan kelaparan. Kondisi yang paling parah terjadi di negara-negara Afrika dan Asia Selatan. Bahkan, menurut UN Population Fund (2000) memprediksi pada tahun 2050, akan ada tambahan sekitar 2,32 milyar jiwa yang tersebar di seluruh dunia yang harus dipenuhi kebutuhan pangannya di bawah tekanan ancaman perubahan iklim yang semakin berat.

“Jadi ke depan isu keamanan pangan dunia ini akan menjadi isu terpenting yang akan jadi perhatian para pemimpin di dunia,”kata Prof. Dr. Ir. Sunarru Samsi Hariadi, M.S. kepada wartawan di Sekolah Pascasarjana UGM, Kamis (3/11). Hadir dalam kesempatan tersebut antara lain Direktur Sekolah Pascasarjana (SPs), Prof. Dr. Hartono, DEA., DESS, Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA serta Dr.Budiawan.

Sunarru menambahkan beberapa faktor yang menyebabkan persoalan pangan dunia semakin rumit, antara lain kegagalan produksi pangan karena dampak perubahan iklim serta terpinggirkannya kebijakan investasi pertanian. Sementara untuk konteks nasional Sunarru menyebut budaya masyarakat Indonesia yang perlu dirubah misalnya dalam mengkonsumsi nasi. Selain nasi sebagai bahan pangan pokok, kata Sunnaru, sebenarnya keanekaragaman bahan pangan pengganti nasi sangat melimpah, seperti jagung, sagu, maupun ubi-ubian.

“ Kita masih terbelenggu dengan budaya harus makan nasi. Padahal banyak sumber bahan pangan selain nasi yang cocok dikelola dengan kondisi lokalitas masing-masing daerah, seperti jagung, ubi, hingga sagu,”ujar dosen di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian UGM itu.

Tidak hanya itu saja, dari sisi SDM Indonesia juga masih kekurangan tenaga penyuluh pertanian. Idealnya satu desa memiliki satu orang penyuluh pertanian. Sayangnya, sampai saat ini jumlah penyuluh pertanian itu belum mencukupi dan distribusinya yang belum merata.

“Jika tidak salah ada data yang menyebutkan Indonesia masih butuh kurang lebih tiga puluh ribu penyuluh pertanian,”urainya.

Dengan mempertimbangkan potensi keragaman sumberdaya pangan nasional, seharusnya Indonesia bisa memimpin dalam menjamin pangan nasional dan bahkan memasok sebagian kebutuhan masyarakat internasional. Berangkat dari hal inilah maka hari Sabtu, 12 Nopember 2011 akan digelar Seminar Nasional Dalam Rangka Hari Pangan Dunia Mewujudkan Indonesia Lumbung Pangan Dunia: Harapan dan Tantangan. Seminar akan menghadirkan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Prabowo Subiyanto sebagai pembicara kunci.

Sementara itu Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Hartono, DEA., DESS, dalam kesempatan itu menambahkan selain seminar dalam rangka hari pangan dunia itu juga akan diadakan sejumlah kegiatan. Kegiatan tersebut yaitu Third Internastional Graduate Students Conference on Indonesia (IGSC) tanggal 8-9 Nopember 2011, serta Global South Workshop 6th Edition kerjasama SPs UGM-Graduate Institute, Geneva, tanggal 26 Nopember-3 Desember 2011 (Humas UGM/Satria AN)

Berita Terkait

  • Ketahanan Pangan, Indonesia Perlu Belajar dari Brasil

    Monday,09 April 2012 - 15:19
  • Pakar UGM: Bencana Kelaparan adalah Ancaman Riil di Masa Mendatang

    Tuesday,29 November 2022 - 16:24
  • Hari Pangan 2020 : Memerdekakan Balita dari Kelaparan di Negeri Bahari

    Saturday,17 October 2020 - 6:12
  • Pakar Dunia Bahas Ketahanan Pangan di UGM

    Thursday,02 December 2010 - 15:46
  • Pakar Pertanian : Krisis Pangan Sudah Terasa

    Wednesday,22 June 2022 - 15:02

Rilis Berita

  • Majalah Kabar UGM Raih Gold Winner SPS Awards 2023 21 March 2023
    Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil meraih tiga penghargaan pada ajang Serikat Perusahaan Pers
    Gusti
  • Talkshow Penutup Faculty Fair 2023: Penerapan SSPI Tidak Berpengaruh terhadap Proses Seleksi 20 March 2023
    Kemeriahan UGM Faculty Fair 2023 hari kedua ditutup dengan gelar wicara seputar pelaksan
    Satria
  • Pakar UGM Jelaskan Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Mental 20 March 2023
    Dalam hitungan hari umat muslim akan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Melaksanakan ibadah puasa
    Ika
  • CfDS dan Perludem Bahas Peranan Teknologi Digital dalam Pemilu 2024 20 March 2023
    Penyelenggaraan Pemilu tahun 2024 merupakan kegiatan yang digelar dalam rangka menjaga keberlangs
    Agung
  • Universitas Gadjah Mada dan Western Sydney University Bertukar Pengalaman Implementasi SDGs 20 March 2023
    Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Western Sydney University (WSU) menga
    Gloria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual