Konflik antaretnik yang melibatan etnik Dayak selama ini terbukti berdampak terhadap penguatan identitas etnik Datak. Semangat solidaritas yang dimiliki sesama etnik menjadi semakin menguat dan berkontribusi terhadap keberhasilan politik elite etnik ini dalam merebut kekuasaan. Kuatnya solidaritas etnik Dayak tidak hanya menguntungkan politik etnik, tetapi juga menunjang keberhasilan pengorganisasian ekonomi etnik Dayak. “Hal ini bisa dilihat dari keberhasilan Credit Union di Kalimantan Barat yang tak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh para elite lokal menanamkan pengaruhnya di masyarakat,†kata Wakil Bupati Kubu Raya, Kalimantan Barat, Drs. Andreas Muhrotien, M.Si., saat melaksanakan ujian terbuka Program Doktor Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Senin (7/11), di Sekolah Pascasarjana UGM.
Andreas menyebutkan menguatnya identitas Dayak tidak terlepas dari pengaruh agama Katolik. Awalnya, terminologi Dayak digunakan oleh orang Eropa untuk membedakan dengan penduduk beragama Islam. Kata Dayak pada masa Orde Lama selalu berkonotasi buruk, berbau penghinaan. Sejumlah tipikal buruk yang ada pada orang asli Borneo selalu dilekatkan pada orang Dayak. Misionaris Katolik menggunakan terminologi tersebut dalam penyebaran agama Katolik. “Dan pada akhirnya memang kata Dayak bisa mempersatukan penduduk asli Kalimantan yang bukan Islam. Dalam hal ini, peran gereja Katolik menjadi tidak terbantahkan lagi,†kata pria kelahiran Magelang, 27 Juni 1954 ini.
Dalam disertasi berjudul “Rekonstruksi Identitas Dayak pada Era Otonomi Daerah di Kalimantan Baratâ€, Andreas menyampaikan bahwa gereja Katolik juga berperan dalam membidani lahirnya Partai Persatuan Dayak. Sementara pada era otonomi daerah, identitas Dayak semakin menguat terutama yang berkaitan dengan pemilihan Gubernur Kalimantan Barat.
Hal tersebut tercermin dalam berbagai kampanye politik menjelang pilkada. Kesadaran terhadap pentingnya nama, agama, budaya, dan sumber daya manusia semakin menguatkan keinginan masyarakat Dayak untu menegaskan eksistensinya. “Kondisi politik lokal yang cenderung mengedepankan isu seperti kesamaan etnis, budaya, serta agama member ruang yang cukup luas terhadap putra daerah merebut posisi strategis di pemerintahan daerah yang bisa juga diindikasikan sebagai ciri menguatnya identitas Dayak, khususnya di tingkat lokal,†pungkas Andreas yang lulus dengan predikat cum laude. (Humas UGM/Ika)