Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., mengimbau seluruh warga UGM, khususnya mahasiswa, untuk lebih waspada terhadap penawaran beasiswa yang mengatasnamakan pimpinan universitas ataupun instansi perbankan. Imbauan tersebut disampaikan agar tidak ada lagi korban akibat penipuan berkedok pemberian beasiswa kepada mahasiswa melalui sms/telepon.
Haryanto menyampaikan dalam beberapa waktu terakhir terdapat laporan pengaduan dari tiga mahasiswa yang menjadi korban penipuan. “Kami telah mendapatkan laporan bahwa terdapat tiga mahasiswa yang telah menjadi korban dari modus penipuan melalui sms maupun telepon ini. Masing-masing korban telah mentransfer uangnya ke nomor rekening yang diminta, ada yang 2 juta, 7 juta, bahkan 40 juta,†sebutnya, Kamis (10/11), di kampus UGM.
Haryanto menambahkan di samping aduan penipuan bermodus pemberian beasiswa, juga terdapat aduan penipuan bermodus undangan seminar. Sms dan telepon tidak hanya disampaikan kepada mahasiswa, tak sedikit dosen yang juga memperolehnya. “Baru-baru ini, saya mendapat laporan dari Arie Sudjito (dosen Fisipol) yang mengaku mendapat sms penipuan bermodus undangan seminar,†jelasnya.
Selain melalui sms dan telepon, modus penipuan penawaran beasiswa juga dilakukan dengan mengirimkan surat kepada Rektor, Dekan, dan dosen. Cara lain yang biasa digunakan ialah dengan mengirimkan pemberitahuan melalui surat elektronik/e-mail. “Pihak yang melakukan penipuan ini memang sangat piawai karena mengatasnamakan Menteri, Dirjen, Rektor maupun Direktur Kemahasiswaan. Sms yang dikirimkan pun sesuai identitas lengkap mahasiswa. Cara ini memang cukup meyakinkan ditambah lagi dengan pemilihan kata yang sopan dan tertata,†tutur pria yang akrab disapa Sentot ini.
Pada kasus ini, mahasiswa atau dosen yang menanggapi tawaran tersebut biasanya dipandu untuk mengirimkan/mentransfer uang ke rekening pelaku. “Para korban seperti menurut apa yang diperintahkan oleh pelaku. Mereka baru sadar setelah mentransfer uangnya ke bank, sepertinya ada unsur hipnotis dalam tindakan ini,†kata Haryanto.
Lantas, bagaimana pihak pengirim sms dapat memperoleh data yang lengkap tersebut? Lebih lanjut disampaikan Haryanto, biasanya data diperoleh dengan cara menghubungi dosen, fakultas, dan kantor mengatasnamakan lembaga untuk meminta data. Cara serupa juga dilakukan ke mahasiswa. Namun, biasanya pelaku langsung menghubungi kepala seksi yang mengurusi mahasiswa dan meminta data, terutama penerima beasiswa. “Ada yang mengaku dari instansi perbankan dan meminta data untuk memberikan tambahan beasiswa,†tuturnya.
Guna mengantisipasi jatuhnya korban, UGM berupaya menyebarluaskan informasi tindakan penipuan ini ke seluruh civitas academicanya. Selain itu, juga dikirimkan surat kepada Polda DIY untuk melakukan audiensi seputar persoalan di kampus. “Kami menggandeng lembaga perbankan untuk memberikan pengarahan kepada nasabah terhadap modus penipuan yang sedang marak dan juga men-share pengalaman ini ke Paguyuban Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan se-Indonesia agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan,†kata pria yang memang menjabat sebagai Koordinator Paguyuban Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan se-Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Haryanto juga menjelaskan mengenai mekanisme pemberian beasiswa secara resmi dari UGM. Jalur-jalur pemberitahuan yang dilakukan adalah melalui sms gateway, surat, dan website ugm.ac.id. “Setelah ada pemberitahuan tertulis para penerima beasiswa disarankan untuk langsung menghubungi Direktorat Kemahasiswaan UGM, bukan bagian lain atau individu seperti yang ada pada sms yang beredar saat ini,†pungkasnya. (Humas UGM/Ika)