Setelah berhasil memanen sekitar 1.500 buah melon jenis Gama Melon Basket (GMB) dan Melodi Gama 1, Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan Pertanian Universitas Gadjah Mada (KP4 UGM) berhasil mengembangkan melon berbentuk kotak, segitiga, buah hati, dan beberapa bentuk lain. Keberhasilan ini setelah dilakukan rekayasa genetik sehingga didapatkan jenis Gama Melodi dan Gama Melon Basket yang siap dipanen pada umur 60 hari.
Kepala KP4 UGM, Dr. Cahyono Agus, menjelaskan jenis melon ini tahan penyakit, warna daging buah kuning oranye, rasa manis dengan tekstur daging buah masir. Melon ini juga berciri kulit buah berjaring dan bergaris seperti bola basket yang khas sebab berbagai upaya rekayasa lingkungan tempat untuk tumbuh juga dilakukan. Cahyono Agus menambahkan penelitian dan pengembangan berbagai bentuk melon merupakan hasil kerja sama KP4 dan Fakultas Biologi UGM. “Buah melon sesungguhnya tidak hanya dibentuk menjadi kotak, namun juga bentuk lain, seperti bintang, segitiga, maupun bentuk hati. Hasil rekayasa bentuk ini diharapkan mampu memberikan nilai tambah terhadap seni dan daya jual pasar,” ujar Cahyono Agus di KP4, Selasa (15/11).
Dijelaskan pula bahwa untuk dapat memperoleh beberapa bentuk diperlukan perlakuan khusus terhadap buah melon dengan cara membungkus melon yang masih kecil (umur 21 hari) dengan pencetak buah berbentuk kotak atau yang akan dikehendaki. Dengan demikian, ketika buah melon membesar akan menyesuaikan dengan bentuk kotak yang telah dipasang. Selain hasil rekayasa bentuk buah, rekayasa lingkungan tempat tumbuh juga dilakukan secara fisik, kimia, dan biologi berupa pupuk organik dan pestisida hayati ramah lingkungan dari beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai obat, yakni bagian tanaman mimba, jenu, dan mahoni, yang tersedia melimpah di lingkungan sekitar.
Dikatakan Agus, menanam melon yang semula tidak dapat dilakukan pada musim penghujan karena mudah membusuk, kini telah dapat direkayasa dengan cara mengelola lengas tanah berupa pemberian naungan terhadap air hujan dan perbaikan saluran draenase. Dengan cara seperti itu, buah melon tidak dipupuk dan diberi pestisida kimia, sebagaimana buah impor atau yang ada di pasaran. “Dengan begitu, buah ini relatif lebih aman dan sehat,” terangnya.
Cahyono Agus menuturkan upaya rekayasa genetik dan rekayasa lingkungan tempat tumbuh ini merupakan bagian integral dari pengembangan pertanian terpadu berbasis EfSD (Education for Sustainable Development), yakni upaya untuk mensinergikan nilai ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya setempat, serta mendukung program “jihad kedaulatan pangan†agar tidak lagi tergantung pada komoditi impor. (Humas UGM/ Agung)