Kebijakan Kuliah Jangan Sampai Terganggu masalah biaya terbukti di UGM. Hal itu terlihat pada upacara Wisuda Program Sarjana UGM, 22 November 2011 di Grha Sabha Pramana, Bulaksumur. Sebanyak 16 lulusan asal jalur PBUTM, 6 diantaranya mencapai predikat cumlaude. Dua lulusan, Yudi Kurniawan dan Sri Harmini pun tidak menutup untuk kebahagiaan yang ia rasakan.
Yudi Kurniawan merasa sangat berbahagia saat diwisuda menjadi Sarjana Teknik. Apalagi bila mengingat peristiwa masa lalu, saat dirinya duduk dikelas III SMA Negeri IV Yogyakarta banyak peristiwa sedih menimpa hidupnya. Bahkan ia sempat merasa pupus harapan untuk melanjutkan studi. “Saat itu orangtua bercerai, ibu menjadi janda dan terkena stroke dan tidak dapat bangun. Ibu sepertinya banyak memikirkan saya,” katanya menerawang disela-sela wisuda.
Ditengah kegalauan Yudi mengaku sempat merasa bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Iapun merasa seperti tidak memiliki harapan. Namun nasib baik menghampirinya, ia dipanggil Guru Bimbingan Konseling di sekolah dan diminta mendaftar kuliah di UGM melalui Program Penjaringan Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM). “Alhamdullilah, atas usulan sekolah saya lolos dan masuk Jurusan Fisika, Fakultas Teknik,” tuturnya.
Yudi pun bersyukur, sebab seiring dirinya kuliah di Fakultas Teknik, sakit ibunya berangsur-angsur sembuh, bahkan kini telah benar-benar pulih. Kebahagiaan pun makin lengkap, manakala bebarengan wisuda ini ia kini lolos tes tahap akhir di Schlumberger. “Untung ada PBUTM, saya merasa program ini berkah, perlu untuk diteruskan.Saya tidak bisa membayangkan jika tak ada program ini,” terangnya .
Penuturan hampir sama diungkapkan Sri Harmini, mahasiswa jalur PBUTM yang diterima di Jurusan Teknologi Pangan & Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM angkatan 2007. Sebagai anak penjual bakso keliling, ia merasa bersyukur karena turut merasakan manfaat Penjaringan Bibit Unggul Tidak mampu (PBUTM) UGM. “Saat di kelas III SMA, bapak terkena Hernia dan harus operasi. Jangankan berfikir untuk sekolah, untuk ongkos berobat pun kita mengalami kesulitan,” aku Sri Harmini.
Mirip pengalaman Yudi, Sri Harmini masih dengan mengenakan Toga menuturkan ditengah kesulitan biaya dan keinginan meneruskan kuliah, ia dipanggil guru Bimbingan Konseling. Iapun diminta untuk mendaftar UGM melalui jalur PBUTM. “Syukur Alhamdullilah saya diterima,” ujarnya.
Meski kini telah lulus dan diwisuda, ia tidak berkeinginan mencari pekerjaan, namun ingin fokus mencari beasiswa untuk meneruskan studi S2. Hal itu ia lakukan untuk mewujudkan cita-cita sebagai dosen. “Bagi saya PBUTM merupakan rahmat dari Alloh, saya berharap program ini bisa berlanjut,” kata Sri Harmini yang pernah melakukan research di swedia beberapa waktu lalu. (Humas UGM/ Agung)