• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Seni Sakura Sebagai Penjaga Sistim Kekerabatan

Seni Sakura Sebagai Penjaga Sistim Kekerabatan

  • 23 November 2011, 18:39 WIB
  • Oleh: Agung
  • 3693
Seni Sakura Sebagai Penjaga Sistim Kekerabatan

Perkembangan bentuk pertunjukan seni Sakura dari tahun 1986 sampai dengan tahun 2009 mengalami fluktuasi. Dalam perkembangannya, seni pertunjukan ini selalu terkait dengan kehidupan sosial masyarakatnya.

Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Lampung, I Wayan Mustika, S.Sn., M.Hum berpendapat kehidupan sosial masyarakat yang mengiringi perkembangan seni pertunjukan Sakura, diantaranya adalah cara berperilaku dalam kehidupan masyarakatnya dan bagaimana mereka mengapresiasi sebuah seni pertunjukan Sakura. "Pada tahun 1986 seni Sakura masih ditampilkan dengan cara-cara sangat sederhana, dan pada masa itu terjadi kerusuhan antara pemain sakura yang disebabkan oleh faktor fiil pesenggiri dan buay, sempat terhenti dan di tahun 1990 sampai 2000 mulai ditampilkan kembali meski masih dengan cara-cara sederhana," ujarnya di Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (21/11).

I Wayan Mustika mengatakan hal itu saat menempuh ujian terbuka Doktor Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana UGM. Didampingi promotor Prof. Dr. R.M. Soedarsono dan ko-promotor Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc, promovendus mempertahankan desertasi "Perkembangan Bentuk Pertunjukan Sakura Dalam Konteks Kehidupan Masyarakat Lampung Barat Tahun 1986-2009".

Menurut Wayan Mustika, di tahun 2001 sampai tahun 2009 seni pertunjukan Sakura mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di tahun itu, cara-cara berpenampilan para pemain Sakura sudah dipengaruhi budaya kota serta berbagai tayangan televisi. "Pertunjukan ini tidak lagi hanya ditampilkan di daerah Lampung, namun juga sampai ke Pulau Jawa seperti TMII dan Yogyakarta," tuturnya.

Dalam disertasi disebutkan fungsi seni pertunjukan Sakura pada mulanya sebagai sarana pemujaan untuk syukuran panen dan keselamatan desa. Namun Seni Sakura kini telah memiliki beberapa fungsi. Disamping sebagai sarana sosialisasi, seni ini bisa berperan sebagai penjaga solidaritas sosial, hiburan dan penyajian estetis.

Penyelenggaraan seni sakura yang bertepatan pada hari raya Idul Fitri, mengingatkan agar masyarakat Liwa yang berada di luar desa atau berada di daerah lain dapat berkumpul kembali, sehingga tidak kehilangan sanak saudara, kekerabatan, maupun komunikasi. Sebab pada kenyataan masyarakat Liwa takut kehilangan saudara, sehingga menjadikan mereka hingga kini menjaga sangat baik sistim kekerabatan, termasuk buay dan piil. Kehadiran seni Sakura ini sangat membantu bagi masyarakat yang memiliki saudara jauh di luar Liwa untuk berkumpul kembali. "Untuk itu, pertunjukan ini tetap diselenggarakan dan sudah menjadi tradisi wairas turun menurun," ungkap Wayan Mustika.

Diakhir disertasi, Wayan menegaskan perlu untuk mempertahankan harga diri piil, buay dan Seni Sakura sebagai kearifan lokal di Jawa Kabupaten lampung Barat khususnya di Desa Kenali, Canggu, Kegeringan, dan Kuta Besi. Sebab seni ini merupakan ajang berkumpul masyarakat dari berbagai kalangan dan usia. (Humas UGM/ Agung)

Berita Terkait

  • KP4 UGM Kembangkan Kebun Sakura

    Monday,08 February 2010 - 17:00
  • 15 Mahasiswa Biologi UGM Mengikuti Sakura Science Program 2023

    Friday,10 February 2023 - 18:16
  • Kerontjong Toegoe, Musik Kerocong Yang Masih Tetap Bertahan

    Sunday,23 July 2006 - 9:07
  • Pengukuhan Guru Besar Prof Nasikun

    Tuesday,05 December 2006 - 15:37
  • Mengkaji Indikator Penetapan Harga Lukisan Koleksi Seni Istana Kepresidenan dan Implikasinya Dalam Wacana Seni

    Friday,11 January 2019 - 14:37

Rilis Berita

  • Penulis UGM Raih Gelar Penulis Terproduktif Kedua Versi The Conversation 25 March 2023
    Penulis The Conversation Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan predikat penulis
    Satria
  • Mengenali Dampak Penggunaan Obat Pada Kulit 24 March 2023
    Meningkatnya penggunaan obat-obatan, baik karena pengobatan sendiri (self-medication), polifarmas
    Ika
  • Tim Magister Kenotariatan FH UGM Juara 2 PNF 2023 24 March 2023
    Tim Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada memperoleh juara 2 pada Padjadja
    Agung
  • Fenomena Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat 24 March 2023
    Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu S
    Gusti
  • Karate UGM Juara Umum 3 SEMAR CUP XII 24 March 2023
    Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate INKAI UGM berhasil menyabet gelar Juara Umum 3 dalam Interna
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual