Dr Arida MKes mengingatkan agar para apoteker baru UGM saat memberikan pelayanan hendaknya selalu berpegang pada standar mutu tinggi. Karena kegagalan di bidang pelayanan ini berdampak berkurangnya kepercayaan masyarakat pada layanan kesehatan.
“Bahkan bisa-bisa menjadi modus penuntutan di peradilan, walau kita sesungguhnya sudah berupaya sebaik mungkin,” ujarnya saat menghadiri pelepasan 199 apoteker baru UGM, Selasa (29/7) di Grha Sabha Pramana Bulaksumur.
Mewakili Kepala Dinas kesehatan Propinsi DIY, Ida mengatakan apoteker baru adalah salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan pada masyarakat. Ia memiliki peran penting dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
“Hal itu sesuai dengan kompetensi yang telah dicapai para lulusan apoteker baru UGM. Para apoteker baru tentunya wajib mengikuti perkembangan Iptek sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian di Indonesia. Tidak sekedar meracik senyawa-senyawa sederhana, namun mampu menjadikan rekayasa molekuler. Bahkan kalau mungkin sampai penciptaan formulasi obat,” terangnya.
Lebih lanjut, kata Arida, dengan mengusai teknologi informasi maka para apoteker mampu menyampaikan beragam efek obat sebagai drug adviser bagi pasien dan tenaga kesehatan. Sehingga layanan yang dilakukan akan menjangkau masyarakat miskin dan membuka akses untuk kualitas pelayanan yang memadai sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Untuk itu para apoteker harus memperhatiakan passion savety dan memberikan kemudahan bagi akses pelayanan. Jangan sampai menjauh dari masyarakat, apalagi tidak mau ditempatkan di kabupaten/ daerah namun menginginkan di perkotaan yang notabene banyak uangnya,” tandas Arida mengingatkan.
Dekan Fakultas Farmasi UGM Prof Dr Marchaban DESS Apt menyampaikan dari sebanyak 199 apoteker baru, 47 merupakan apoteker pria dan 152 wanita. Dari jumlah tersebut, katanya, 22 lulusan mencapai predikat memuaskan, 111 sangat memuaskan dan 66 berpredikat cumlaude. (Humas UGM)