Ners merupakan tenaga kesehatan yang memiliki peran dalam mengatasi kesehatan bangsa. Melihat peluang ini, Fakultas Kedokteran UGM mengemban tugas menghasilkan Ners berkemampuan akademik profesional. Mereka diharapkan mampu mengelola asuhan keperawatan berkualitas, baik di pelayanan kesehatan Rumah Sakit, masyarakat maupun institusi pendidikan. “Saya berharap Ners memiliki kemampuan manajerial di bidang keperawatan yang handal, berstandar internasional, etis, humanis dan berbudaya, sebab profesi ini merupakan garda terdepan dan sangat dibutuhkan masyarakat,” ujar dr. Titi Savitri Prihatin, M.Med.Ed., Ph.D di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM, Jum’at (25/11) saat melantik 26 Ners baru.
Menyampaikan sambutan Dekan Fakultas Kedokteran UGM, Titi Savitri mengungkapkan kebutuhan Ners di tingkat global masih sangat tinggi. Di Jepang yang telah menandatangani MOU dengan Pemerintah Indonesia masih membutuhkan 1000 ners. Demikian pula Kanada yang menjanjikan gaji berlipat bagi ners asal Indonesia. Kebutuhan ners untuk beberapa negara memang belum terpenuhi, termasuk Arab Saudi dan lain-lain. “Ini tentu menjadi tantangan bagi para lulusan ners untuk bekerja di sana,” ungkap Titi Savitri, Wakil Dekan Bidang Akademik FK UGM.
Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi DIY, Drs. Kirnantoro, M.Kes menyatakan pelantikan menjadi ners baru bukanlah akhir, namun justru awal sebab ujian sesungguhnya adalah ketika berhadapan dengan masyarakat. “Menjadi Ners memang sangat berat, dituntut terampil, memiliki pengetahuan, etika dan moral dalam memberi pelayanan bagi masyarakat. Sehingga siapapun yang menekuni profesi ini tentu dituntut menjadi role model,” paparnya.
Kirnantoro menambahkan perkembangan pendidikan bidang keperawatan dalam lima tahun terakhir mengalami perkembangan pesat. Tercatat 700 institusi pendidikan keperawatan untuk Diploma, S1 dan S2 telah berdiri, dan 22 diantaranya berada di Jogjakarta. “Setiap tahun kurang lebih menghasilkan 1000 sampai 2000 lulusan. Ini tentu menjadikan persaingan sangat ketat dan menuntut para ners memperbaiki kemampuannya lebih baik lagi,” katanya.
Ironis memang, sebab setiap kali melulusan ners baru jumlah lulusan laki-laki jauh lebih sedikit dibanding lulusan perempuan. Sementara potensi sangat terbuka untuk mereka yang bersedia bekerja di luar negeri. “Saat ini saja dari 26 lulusan, jumlah lulusan laki-laki hanya tiga orang. Sementara banyak orang tua berat hati bila harus melepas anak perempuan bekerja di luar negeri. Saya berharap hal ini menjadi tantangan sekaligus pekerjaan rumah bersama,” imbuhnya.
Dengan pelantikan 26 Ners Baru, maka Program Studi Ilmu Keperwatan (PSIK), FK UGM hingga kini memiliki 1244 lulusan. Pada pengucapan sumpah Ners ke-21 ini, IPK tertinggi diraih Diana Indrian Subekti dengan IPK 3,75, sementara lulusan termuda diraih Ernanda Purwaning Aryani yang berhasil lulus dalam usia 22 tahun 5 bulan 12 hari. (Humas UGM/ Agung)