YOGYAKARTA-Permintaan konsumsi buah melon setiap tahunnya selalu meningkat sehingga memerlukan psokan yang cukup besar dan berkesinambungan. Mengingat nilai ekonominya yang cukup tinggi petani di Indonesia telah melakukan budidaya melon di berbagai daerah. Sayangnya, untuk memperoleh benih melon tersebut para petani masih mendapatkannya dari impor dengan harga yang relatif mahal. Dengan kondisi itu maka pemuliaan tanaman melon perlu dilakukan.
“Pemuliaan tanaman melon dapat menghasilkan kultivar melon lokal yang unggul dan dapat bersaing dengan kultivar-kultivar melon lainnya yang berasal dari luar negeri,â€urai peneliti melon dari Fakultas Biologi UGM, Dr.Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc, dalam Workshop Budidaya Melon dalam Rangka Penguatan Industri Benih Nasional, Sabtu (26/11).
Menurut Budi pengembangan pemuliaan tanaman melon di Indonesia mulai dilakukan untuk merakit kultivar lokal yang unggul dan memiliki nilai jual di masyarakat. Jenis kultivar lokal yang prospek untuk dikembangkan yaitu kultivar Melode Gama-1 dan Gama Melon Basket yang telah lama dikembangkan oleh UGM. Kultivar Melodi Gama-1 sebagai kultivar baru memiliki keunggulan antara lain tahan terhadap serangan penyakit jamur tepung atau powdery mildew yang disebabkan Podosphaera xanthii dan virus Kyuri green mottle mosaic virus (KGMMV) yang sering menyerang tanaman melon di Indonesia.
“Selain itu kultivar Melodi Gama-1 yang memiliki bentuk globular ini mempunyai waktu panen yang relatif singkat (55-57 HST) dengan berat buah rata-rata 1,7-2,0 kg,â€jelas Budi.
Sementara itu untuk kultivar Gama Melon Basket selain tahan terhadap serangan penyakit dan hama memiliki rasa yang manis, mengandung kadar ?-karoten dan provitamin A relatif tinggi sehingga baik untuk kesehatan mata dan kulit. Potensi lain yang dimiliki oleh kedua kultivar ini adalah benihnya memiliki kualitas baik karena memiliki viabilitas yang tinggi.
Benih kedua kultivar itu menurut rencana nantinya akan dilepas dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan benih yang diperoleh dari impor sehingga petani dapat menekan biaya produksi. Kedua kultivar ini, imbuh Budi, juga mampu ditanam di lokasi yang berbeda dan pada musim yang berbeda (kemarau dan hujan) dengan perawatan yang optimal.
“Nantinya harga pembelian fungisida dan insektisida dapat lebih hemat karena merupakan kultivar yang relatif tahan serangan hama dan penyakit,â€tegas Budi selaku peneliti.
Di tempat sama Kepala Dinas Pertanian Propinsi DIY Ir. Nanang Suwandi, MMA mengatakan melon mulai dikenal di DIY pada tahun 1985 yang dikenalkan oleh tim misi teknik Taiwan (ROCATM) dengan beberapa jenis sayuran lainnya. Jenis yang dikenalkan pertama kali adalah Melon Sky Rocket. Nanang menjelaskan beberapa alasan yang melatarbelakangi pengembangan melon di DIY diantaranya banyak disukai masyarakat, nilai ekonomi dan keuntungan yang menjanjikan, serta pasar yang masih terbuka.
“Kita juga tahu melon ini seakan menjadi buah yang “wajib†disajikan di setiap hotel bersama pepaya dan nanas,â€kata Nanang.
Khusus tentang penguatan sistem perbenihan petani melon di DIY kebanyakan menggunakan benih hibrida dengan ragam varietas Sakata dan Action. Sedangkan sentra pengembangan tanaman melon di DIY selama ini difokuskan di 4 kabupaten yaitu Kulon Progo, Gunungkidul, Sleman dan Bantul (Humas UGM/Satria AN).