• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Belajar Sejarah Kedokteran Untuk Mengantisipasi Terjadinya Kapitalisasi

Belajar Sejarah Kedokteran Untuk Mengantisipasi Terjadinya Kapitalisasi

  • 27 November 2011, 15:24 WIB
  • Oleh: Satria
  • 4697
Belajar Sejarah Kedokteran Untuk Mengantisipasi Terjadinya Kapitalisasi

YOGYAKARTA- Sejarah kedokteran di Indonesia dicirikan oleh adanya kontestasi struktural antara ‘dokter sosial’ dan ‘dokter ekonomi’. Pada satu sisi, para dokter Indonesia menjadi pioneer dari gerakan-gerakan kemanusiaan yang pada kurun waktu tertentu bahkan termanifestasi sebagai pembentuk nilai-nilai kebangsaan. Akan tetapi di sisi lain para dokter ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses kapitalisasi yang berujung pada pemiskinan secara ekonomis.

“Ini tercermin misalnya pada mahalnya biaya kesehatan dan hampir tertutupnya akhir-akhir ini fungsi pendidikan kedokteran sebagai variable mobilitas sosial karena tingginya biaya pendidikan kedokteran di Indonesia,”papar dosen ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM,Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A dalam Kongres 1 Perhimpunan Sejarah Kedokteran Indonesia (PERSEKIN), Sabtu (26/11) di Fakultas Kedokteran UGM. Kongres berlangsung 25-27 Nopember 2011.

Bambang mengatakan cita-cita ‘dokter sosial’ yang diamanatkan oleh kemerdekaan Indonesia dan konstitusi hanya menjadi trend personal bukan sesuatu yang seharusnya berlaku bagi semua. Akibatnya, berbagai permasalahan kesehatan di dalam masyarakat Indonesia sebenarnya salah satunya disebabkan oleh ideologi dan nilai kultural yang ada pada para dokter dan dunia kedokterannya yang lebih berorientasi ekonomis.

“Keadaan diperparah ketika negara membiarkan semua itu terus berlangsung dan melupakan fungsinya sesuai dengan amanat konstitusi,”kata Bambang.

Bicara tentang sejarah kedokteran dalam pandangan Bambang bisa mencakup sejarah kesehatan dalam arti luas, yaitu hanya menempatkan kegiatan kedokteran sebagai inti tetapi bukan satu-satunya. Sejarah kedokteran akan memiliki dimensi yang banyak, baik sosial, politik, ekonomis, teknologis, atau kebudayaan.

Maka, berdasarkan kerangka berpikir tersebut strategi pertama yang harus diperhatikan dalam pembelajaran sejarah kedokteran Indonesia adalah perlu adanya kejelasan kepada siapa dan apa tujuan dari pengajaran itu diberikan. Kejelasan ini diperlukan untuk mendefinisikan sejarah kedokteran dan menentukan materi apa saja yang akan diberikan kepada para peserta didik. Strategi berikutnya adalah membagi pokok-pokok pembelajaran dalam tema-tema tertentu yang saling terkait satu sama lain serta menentukan pendekatan yang mendasari pokok-pokok pembelajaran.

“Pada tataran terakhir ini sejarah penyakit dan pengobatannya akan menjadi sesuatu yang lebih diutamakan daripada aspek-aspek lainnya,”tuturnya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Kongres 1 PERSEKIN, Prof.Dr. dr. Sutaryo, Sp.A (K) juga melihat profesi dokter saat ini terimbas gelombang globalisasi, sebagai lanjutan kapitalisme modern. Profesi dokter lebih cenderung diposisikan dan dipandang sebagai sebuah komoditi ekonomi, tidak hanya oleh pelaku profesi tersebut, tetapi oleh institusi kesehatan, yayasan, bahkan negara.

“Ini mengkhawatirkan mengingat profesi dokter yang mulia dan terhormat. Hadirnya PERSEKIN diharapkan ikut membantu pembentukan karakter dokter dan profesi dokter kembali ke khittahnya,”kata Sutaryo.

Kongres 1 PERSEKIN ini dihadiri para ahli sejarah, antropologi, sosiologi, dokter, residen, guru, masyarakat pecinta sejarah, dan mahasiswa (Humas UGM/Satria AN)

Berita Terkait

  • UGM Tuan Rumah Kongres 1 PERSEKIN

    Tuesday,22 November 2011 - 15:01
  • FK UGM Meluncurkan Buku Sejarah

    Thursday,02 November 2017 - 9:31
  • Penentuan NJOP Belum Optimal

    Monday,24 September 2012 - 15:05
  • Penelitian Terhadap Zona Nilai Tanah di Kota Yogyakarta

    Tuesday,16 January 2007 - 14:42
  • FK UGM Kirim Tim Kesehatan ke Magelang

    Thursday,26 July 2007 - 13:25

Rilis Berita

  • Pukat UGM Sesalkan Kemunduran Pemberantasan Korupsi di Indonesia 08 February 2023
    Peneliti Pusat Kajian AntiKorupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yuris Rezha Kur
    Gusti
  • Belajar dari Gempa Turki, Masyarakat Perlu Memiliki Rencana Evakuasi Mandiri 07 February 2023
    Bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Selasa (6/2) kemarin.
    Gusti
  • Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok 07 February 2023
    Aplikasi layanan ramah disabilitas buatan mahasiswa penyandang disabilitas daksa dari Departemen
    Ika
  • SPs UGM Lakukan Pengabdian di KHDTK Getas Blora 07 February 2023
    Sekolah Pascasarjana UGM (SPs) mengadakan serangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Belu
    Agung
  • Cegah Diabetes Pada Anak Dengan Membatasi Makanan Manis dan Lakukan Aktivitas Fisik 06 February 2023
    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat kasus diabetes pada anak meningkat signifikan pada t
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual